Resolusiku: Belajar Mengapresiasi Diri

Oleh Novita Sari Hutasoit, Tangerang

Novita, terima kasih sudah tampil perkasa di dalam menjalani dan mengakhiri tahun 2019.
Terima kasih boleh tetap kuat dan teguh dalam menjalani setiap peran yang Dia percayakan.
Terima kasih sudah mau berjuang melawan kebobrokan-kebobrokanmu yang terus terulang.
Terima kasih Novita, sampai bertemu di tahun 2020.
Tetaplah menjadi Novita yang mau berjuang!

Pernyataan di atas adalah pernyataan yang sering aku katakan kepada diriku akhir-akhir ini. Mungkin bagi beberapa orang pernyataan di atas seperti sedang membanggakan diri sendiri, merasa bahwa apa yang telah terjadi di 2019 atas hidupku karena kekuatanku sendiri.

Tapi, tentu bukan itu yang dimaksud. Menyatakan hal-hal di atas tujuannya bukan untuk membanggakan diriku yang ada bisa tiba sampai di titik ini. Bagiku sendiri ungkapan di atas tentunya bukan hal yang mudah untuk aku katakan di awal. Melihat perjalanan selama 2019, banyak hal yang telah gagal aku lakukan untuk menyenangkan hati-Nya, banyak pergumulan yang aku coba selesaikan sendiri, banyak dosa yang aku toleransi. Sungguh sebenarnya di tahun 2019 seperti tahun yang sangat berat bagiku.

Aku berani untuk menyatakan hal-hal di atas ketika Tuhan menyapaku lewat saat teduhku di suatu pagi.

“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” (1 Korintus 6:20).

Di buku renungan itu disampaikan, mungkin saat ini aku merasa hidupku penuh cela, lapuk, tua, atau tidak berguna lagi. Tapi, Allah tetap memandang diriku bernilai. Sang Pencipta alam semesta ini menginginkanku—bukan karena pikiran, tubuh, pakaian, pencapaian, kepandaian, atau kepribadianku, melainkan karena diriku sendiri. Dia rela menempuh apa pun dan membayar harga berapa pun untuk mendapatkanku.

Tuhan sungguh telah melakukannya. Dari surga, Dia datang ke dunia untuk menebusku dengan darah-Nya sendiri (Roma 5:6,8-9). Sedemikian besar keinginan-Nya untuk memilikiku. Aku sungguh berharga di mata-Nya, dan Dia mengasihiku.

Saat teduhku pagi itu menyapaku sangat tajam dan meneguhkan aku kembali, bahwa aku sangat berharga bagi-Nya. Mungkin saat itu banyak hal yang aku lakukan mendukakan hati-Nya, tetapi Dia tidak membiarkan aku begitu saja. Dia tetap menganggap aku berharga di mata-Nya, Dia tetap mengasihiku. Itulah yang membuat aku pun harus mengasihi diriku.

Saat itu hal yang aku pilih untuk mengasihi diriku adalah dengan mengatakan hal-hal di awal tadi. Bagiku, dengan menyatakannya aku sedang mengapresiasi diriku sendiri. Sederhana dan menguatkan.

Dengan mengapresiasi diriku yang telah dibayar lunas dan berharga di mata-Nya, itu memudahkanku untuk mengucap syukur kepada Allah atas orang-orang yang sudah hadir di dalam kehidupanku.

Orang-orang yang hadir di dalam kehidupanku tentu sangat beragam dan mereka pun sama berharganya di mata Allah. Apa pun latar belakang, kondisi, karakter mereka, mereka punya porsinya masing-masing memberi peran di dalam hidupku. Sehingga ketika aku pun dikecewakan oleh mereka, aku juga harus sadar bahwa aku pun pernah mengecewakan mereka bahkan Allah sendiri.

Sahabat, memulai tahun yang baru ini, sudahkah kamu mengapresiasi dirimu yang sudah dimampukan Tuhan untuk tangguh melewati tahun yang telah berlalu? Atau kamu sedang sibuk menyalahkan dirimu untuk kesalahan-kesalahan yang telah kamu lakukan di tahun yang lalu?

Mari bersama memilih untuk mengapresiasi diri sendiri sebagai rasa ungkapan syukur kita kepada Allah sehingga kita juga dimampukan untuk mengapresiasi orang disekitar kita.

“Engkau berharga di mata-Ku, Aku menghargai dan mengasihi engkau” (Yesaya 43:4a, BIS).

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment