Dalam bukunya yang berjudul Giliran saya Ruth Bell Graham menceritakan sebuah kisah ketika ia bertumbuh dewasa di Tsingkiang, China, di mana ayahnya menjadi seorang dokter misionaris. Suatu kali manager perusahaan di rumah sakit lokal tersebut menceritakan kisah mengenai Tuan Kao Er.
Suatu hari, ketika Tuan Kao Er sedang menghadiri pertemuan doa, para penjahat masuk ke dalam rumahnya dan menculik 2 orang anaknya, seorang anak laki-laki berumur 8 tahun dan seorang bayi perempuan.
Ketika berita tersebut tersebar, orang-orang Kristen dan misionaris di tempat tersebut berkumpul dan berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersaksi, Tuan Kao Er memasang pengumuman besar di depan pintu gerbang rumah sakit. Pengumuman tersebut berbunyi, Para penjahat telah menculik anak-anak kami dan meminta tebusan 1,000 yuan. Saya bukan orang yang kaya. Saya tidak bisa membayar 1,000 yuan. Saya tidak dapat membayar 500 yuan. Saya bahkan tidak dapat membayar 50 yuan. Tetapi saya percaya kepada Tuhan. Jika Tuhan berkehendak, maka Ia mampu untuk mengembalikan anak-anak saya tanpa membayar uang tebusan sepeser pun.
Orang-orang yang lewat akan terheran-heran ketika membaca pengumuman tersebut, dan berpikir bahwa anak-anak itu pasti akan dibunuh.
Minggu demi minggu berlalu, dan suatu ketika sekelompok tentara menyerbu sarang penjahat. Ketika tentara itu sedang mengejar para penjahat, mereka mendengar suara dari parit di samping jalan. Seorang tentara berhenti untuk memeriksa, dan di sana ia menemukan seorang anak yang seperti kerangka yang sedang berbaring di sana. Rupanya anak itu dilemparkan ke sana dengan terburu-buru oleh para penjahat.
Anak tersebut adalah anak laki-laki Tuan Kao Er. Ia telah dikurung dalam sebuah kapal yang terbalik, dan berada di ambang kelaparan. Tetapi ia masih hidup, dan kemudian ia pulih seperti sedia kala.
Lalu bagaimana dengan bayi perempuan Tuan Kao Er?
Beberapa saat setelah terjadinya peristiwa di atas, terjadi pertempuran antara tentara dan para penjahat. Kali ini, istri dari kepala penjahat tersebut berhasil ditangkap, dan ia ditemukan sedang merawat dua orang bayi – bukan bayi kembar – dan jarak umur ke-2 bayi itu juga terlalu dekat, sehingga tidak mungkin bahwa ke-2 bayi tersebut adalah anak kandung si istri penjahat.
Sang anak perempuan juga dikembalikan kepada orang tuanya.
Ruth mengingat, “Ketika saya duduk di gereja China yang berbatu abu-abu itu, saya memperhatikan, ketika Tuan Kao Er, yang membawa anak laki-lakinya yang masih terlalu lemah untuk berjalan, dan istrinya, yang menggendong anak perempuan yang sudah sehat dan gemuk, maju ke depan untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan mendedikasikan kedua anaknya kepada Tuhan.
Renungan:
Pada waktu kita beriman, seringkali kepercayaan kita diluar dari apa yang kita pikirkan atau perhitungkan. Bagaimana jika kita menghadapi situasi yang pelik dan memerlukan mujizat dari Tuhan? Percayalah bahwa Tuhan sanggup melakukan hal-hal yang sungguh di luar pemikiran dan perhitungan kita yang sangat terbatas.
Iman yang sesungguhnya bertekun di dalam iman pada saat ia berada di tengah-tengah percobaan yang berat, godaan yang besar, dan kesulitan yang terus menerus. (Anonim)
1 Yohanes 5:14 “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.
Sumber: Gereja BCS