3 Alasan Orang Menjauhi Gereja

Penulis: Yosua Andreas
Ilustrator: Armitze Ghazali

Sejak sekolah hingga kuliah, aku banyak menjumpai orang yang menolak Yesus dan menjauh dari gereja. Saat pertama kali mendengar dan memikirkan pandangan mereka yang menjauhi gereja, aku tidak tahu bagaimana harus berespons. Tetapi pandangan-pandangan yang pernah kudengar itu kemudian mendorongku untuk lebih banyak merenungkan tentang kehidupan dan tentang firman Tuhan. Meski aku bukan mahasiswa sekolah teologia, aku ingin bisa siap menjawab pergumulan mereka yang mungkin kecewa dengan kekristenan dan menjauhi gereja.

Tiga alasan yang paling sering kutemukan dari orang yang menolak Yesus dan menjauh dari gereja adalah sebagai berikut:

1. Orang yang rajin ke gereja itu adalah orang yang lemah dan penakut, tidak bisa apa-apa.
Seorang teman yang dulu pernah sangat rajin ke gereja memberi penjelasan yang cukup mengejutkan tentang mengapa ia kini tidak pernah datang lagi: “Berteman dengan orang-orang di gereja itu tidak enak. Mereka itu diajak bolos gak berani, keluar malam gak bisa, kerjasama waktu ujian gak mau, mereka gak bisa apa-apa. Beda dengan teman-temanku yang sekarang. Mereka adalah orang-orang yang berani dalam menjalani hidup. Mereka membuatku juga merasa lebih kuat dan berani. Bersama mereka, orang-orang pasti segan dan tidak berani menggangguku.”

Aku mencoba memahami maksud kata “kuat dan berani” yang ia katakan. Sepertinya yang ia maksudkan adalah berani melanggar aturan yang berlaku demi bisa diakui dan dipandang hebat oleh orang lain. Benarkah itu yang namanya kuat dan berani?

Ketika aku membaca Alkitab lebih banyak, aku menemukan orang-orang yang juga kuat dan berani. Paulus dan Stefanus misalnya. Akan tetapi keberanian mereka ditunjukkan bukan dengan cara menentang aturan demi mengikuti apa yang keliru. Mereka adalah orang-orang yang memilih untuk menjalani hidup sesuai kebenaran firman Tuhan, apapun risikonya. Mereka adalah orang-orang yang memilih untuk mengendalikan tutur lakunya sesuai firman Tuhan, memilih untuk mempertahankan iman, sekalipun harus bertaruh nyawa.

Ketika kita datang ke gereja dengan kerinduan untuk menyelaraskan hidup dengan kebenaran firman Tuhan, kita akan senang memiliki sahabat-sahabat yang berani menolak perbuatan-perbuatan yang tidak benar atau tidak bermanfaat. Tetapi, ketika kita datang dengan harapan orang akan mengiyakan keinginan kita dan membuat kita terlihat hebat, cepat atau lambat kita pasti akan kecewa.

2. Orang yang rajin ke gereja itu adalah orang-orang yang munafik.
“Males ah ke gereja, orang-orangnya munafik, pendetanya juga!” Aku sering menjumpai teman-teman, bahkan banyak orang yang sudah berkeluarga, punya pandangan demikian. Sebab itulah mereka menjauhi gereja. Memang tidak bisa dimungkiri, gereja bukanlah kumpulan orang yang sempurna. Banyak orang Kristen yang kelakuannya tidak mencerminkan imannya.

Akan tetapi, bukankah orang yang munafik ada di mana-mana, tidak hanya di gereja? Apakah misalnya, kita berhenti kuliah hanya gara-gara di kampus ada banyak teman yang “nakal” dan dosen yang “malas”? Oke, mungkin kita bisa memilih untuk pindah, tetapi apakah ada jaminan bahwa kampus lainnya bebas dari orang-orang yang demikian? Kemungkinan besar tidak. Kita akan selalu bertemu dengan orang-orang yang sulit, yang munafik, yang membawa masalah dalam hidup ini. Kalau hidup kita bergantung pada perilaku orang-orang di sekitar kita, maka dengan cepat kita akan meyerah dan menjauh. Kita perlu punya alasan atau tujuan yang jelas, mengapa kita memilih untuk melakukan sesuatu. Ketika tujuan akhir kita adalah meraih gelar sarjana misalnya, kita tidak akan berhenti kuliah hanya karena punya teman yang menjengkelkan.

Ketika kita datang ke gereja dengan kesadaran bahwa kita semua adalah orang berdosa yang membutuhkan Tuhan, kita akan lebih bisa menerima orang lain dengan segala keterbatasan mereka. Tetapi, ketika kita datang dengan harapan semua orang yang ada di gereja haruslah bertutur laku sempurna, cepat atau lambat kita pasti akan kecewa.

3. Orang yang rajin ke gereja itu adalah orang-orang yang tidak bisa berpikir logis.
Seorang tetangga pernah berkata bahwa menurutnya, Allah itu tidak ada dan Yesus itu hanya manusia biasa. “Kalau Tuhan benar ada, mengapa Dia membiarkan aku tetap miskin dan anak-anakku jadi pembangkang?” katanya kepada ibuku. Ia menganggap kekristenan tidak masuk akal, dan karenanya ia menjauh dari gereja.

Bicara bukti logis, sebenarnya para ilmuwan pun mengakui bahwa keberadaan Tuhan itu sudah sangat jelas. Aristoteles pernah berkata bahwa “Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada yang menggerakkan.” Kalau melihat ponsel yang canggih, apakah kita berpikir bahwa ponsel itu terjadi secara kebetulan? Tentu tidak. Kita tahu ada yang membuatnya secara khusus. Demikian juga, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini menunjukkan keberadaan Tuhan yang sangat nyata.

Lalu, mengapa kita menderita? Mengapa ada doa-doa yang sepertinya tidak dijawab Tuhan? Aku menemukan jawabannya dalam kitab Ayub. Seperti yang dilakukannya kepada Ayub, Iblis berusaha membuat kita meragukan Tuhan karena mengizinkan penderitaan datang. Akan tetapi, Ayub menyadari bahwa keberadaan Tuhan tidak ditentukan oleh situasi hidupnya. Tuhanlah yang memberi kehidupan, Tuhanlah yang berhak mengatur apa yang terjadi, termasuk mengizinkan penderitaan datang. Ayub yakin bahwa Tuhan adalah pemilik hidupnya, dan dalam keyakinan itu Ayub tidak meragukan Tuhan meski masalah demi masalah terus menimpanya.

Ketika kita datang ke gereja dengan rasa lapar dan haus untuk mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya, kita akan dipuaskan oleh Tuhan sendiri (Matius 5:6). Tetapi, jika kita datang dengan tujuan membenarkan pemikiran kita sendiri, cepat atau lambat kita pasti akan kecewa.

 
Untuk direnungkan lebih lanjut
Adakah orang-orang di sekitarmu yang sedang kecewa dan menjauhi gereja? Apa penyebabnya? Bagaimana kamu bisa menolong mengarahkan mereka kembali kepada Tuhan?

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment