5 Hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Memaksimalkan Resolusi Tahun Baru

Oleh Aryanto Wijaya, Jakarta

RESOLUSI 2018

“Melanjutkan resolusi 2017
Yang belum tercapai
Yang dibuat tahun 2016
Dan direncanakan tahun 2015
Serta dicita-citakan sejak 2014”

Pernah membaca meme tentang resolusi tahun baru seperti di atas? Jika pernah, kamu tidak sendiri. Aku pernah membaca meme tersebut beberapa tahun lalu, dan seketika aku pun tertawa. Iya juga, sepertinya setiap tahun baru rasa-rasanya tidak ada resolusi yang benar-benar resolusi yang kubuat. Yang ada hanyalah tumpukan dari resolusi tahun-tahun sebelumnya yang tak juga terealisasikan. Membuat resolusi seolah hanya jadi semangat di awal tahun yang bisa dengan segera menguap. Belum sampai setengah tahun, aku malah sudah lupa apa resolusi yang ingin kugapai di tahun itu.

Tapi, itu adalah cerita dahulu. Di penghujung 2014, aku mulai mendisiplinkan diri untuk menyusun resolusi setiap awal tahun dan belajar untuk berkomitmen melakukannya. Membuat resolusi mungkin terkesan sesuatu yang sepele. Tetapi, sebenarnya jika kita berkomitmen dengan sungguh-sungguh untuk merealisasikannya, taat pada resolusi bisa jadi merupakan latihan kita untuk menjadi pribadi yang setia. Mengucap komitmen itu mudah, tetapi bertahan pada komitmen itulah yang sulit.

Selama tiga tahun tersebut, puji Tuhan aku bisa memenuhi sebagian besar resolusiku, seperti lulus kuliah dengan predikat cum laude, mendapatkan pekerjaan, pergi ke tempat-tempat tertentu, memiliki tabungan sekian rupiah, dan sebagainya. Tidak mudah memang untuk berfokus pada resolusi tahun baru yang kubuat, tetapi juga tidak mustahil untuk dilakukan. Oleh karena itu, apabila kamu memiliki resolusi tahun baru, inilah 5 hal yang bisa kamu lakukan untuk memaksimalkan resolusi tersebut:

1. Jangan sekadar disimpan di pikiran. Catat resolusimu

Menjelang akhir tahun, biasanya pikiranku dengan sendirinya akan melakukan kilas balik. Aku mengenang hal-hal apa saja yang telah terjadi sepanjang tahun kemudian menyusun strategi hal-hal apa yang ingin kulakukan dan kuwujudkan di tahun depan. Tapi, ingatan manusia adalah terbatas. Ada begitu banyak distraksi yang menerpa kita setiap harinya. Akibatnya, baru di awal tahun segala harapan dan strategi untuk tahun baru pun lenyap.

Untuk mengatasi gejala lupa ini, aku membeli sebuah buku agenda dan mulai menuliskan setiap langkah-langkah apa yang ingin kulakukan di tahun baru. Berhubung ini adalah resolusi pribadi, jadi aku bisa menuliskannya sesuka hatiku. Aku bisa memberinya warna, membuatnya dalam bentuk mind-map, dan sebagainya. Setelah beberapa waktu berlalu, aku selalu menyempatkan diriku untuk melihat kembali resolusi tertulis ini dan mengevaluasi diriku sendiri atas pencapaian-pencapaian apa saja yang telah kugapai selama masa tersebut.

Resolusi yang tertulis ini akan sangat membantu kita untuk tetap ingat akan target yang ingin dicapai.

2. Mulai berfokus dari hal-hal kecil

Dulu, ketika pertama kali melatih diriku untuk berkomitmen dengan resolusi tahun baru yang kubuat, aku terlalu terobsesi dengan hal-hal besar yang ingin kulakukan. Aku ingin memiliki tabungan dengan jumlah sekian hingga aku bekerja terlalu keras, melalaikan tanggung jawab kuliahku, hingga akhirnya jatuh sakit. Sejatinya, tidak ada yang salah dengan mengejar hal-hal yang kita anggap sebagai suatu pencapaian yang besar. Hanya saja, kita pun harus bijak memilih cara untuk mencapainya.

Pengejaranku akan hal yang besar tersebut, jika tidak disikapi dengan cara yang bijak akan membuatku lalai akan hal-hal kecil yang sejatinya adalah tanggung jawab utamaku yang kulakukan dalam keseharianku. Pengalaman demi pengalaman akhirnya mengajarku bahwa untuk menggapai hal besar tersebut dibutuhkan kesetiaan dan kepekaan akan hal-hal kecil. Ketika aku ingin memiliki tabungan dengan jumlah sekian, alih-alih bekerja tak kenal waktu dan mengabaikan kuliahku, aku mulai menyusun manajemen waktu, menyeimbangkan gaya hidupku, dan tentunya mengorbankan sedikit ambisiku. Aku memangkas waktu bekerjaku supaya bisa tetap kuliah. Akibatnya, uang yang kudapat mungkin jadi sedikit, tapi dengan menyeimbangkan gaya hidup dan rajin menabung pada akhirnya target itu bisa tercapai.

Menghargai hal-hal kecil akan sangat membantu kita untuk menggapai hal-hal besar dengan cara yang lebih bijak.

3. Gunakan “kacamata” rohani

Dalam keseharian kita sehari-hari, tak dipungkiri ada kalanya kita merasa bosan dan jenuh dengan hal remeh-temeh yang menjadi rutinitas kita. Rasa jenuh adalah hal yang wajar, tetapi apabila ditangani dengan cara yang tidak bijak, perasaan ini bisa menghasilkan dampak yang destruktif. Karena jenuh, seseorang bisa saja melarikan diri dari tanggung jawab dan sebagainya.

Sewaktu aku merasa jenuh dan bosan dengan segala aktivitas keseharianku, ada sebuah renungan dari saat teduhku yang sangat menegurku dan hingga kini selalu kuingat. Dalam renungan itu, tertulis sebuah kutipan dari Søren Kierkegaard, seorang filsuf asal Denmark yang berkata, “Seperti makanan, pengulangan adalah sesuatu yang biasa-biasa saja, tetapi diperlukan.” Meski demikian, ujarnya, “Makanan itulah yang memberikan kepuasan jika disertai ucapan syukur.”

Hal yang penting bagi kita adalah kesediaan hati untuk melakukan kegiatan apa saja, sekalipun kegiatan itu tampak begitu biasa saja, membosankan, ataupun sepele, dengan meminta kepada Tuhan untuk memberkatinya dan memakainya untuk menggenapi rencana-Nya. Dengan cara inilah kita mengubah keseharian yang rasanya biasa saja menjadi sebuah perbuatan bernilai rohani yang penuh dengan upah kekal yang tidak terlihat oleh mata kita.

4. Ajaklah sahabat untuk bersama-sama saling mengingatkan

Yang namanya manusia, tidak ada yang sempurna. Segigih apapun aku berjuang untuk mewujudkan resolusi-resolusiku, terkadang tetap saja aku lupa atau lalai melaksanakan komitmenku. Oleh karena itu, aku membutuhkan orang lain yang tidak segan untuk menegurku ketika aku melakukan kelalaian, juga tidak gengsi mengapresiasiku ketika aku berhasil mencapai sesuatu.

Sepanjang tahun 2017, bersama seorang sahabatku yang berada di Yogyakarta, kami saling bertukar cerita tentang resolusi kami masing-masing sewaktu awal tahun. Kami menyempatkan diri untuk berdiskusi via telepon dan saling bertanya tentang progress kami masing-masing. Selain mengingatkan, relasi ini jugalah yang menguatkanku ketika aku mulai merasa lelah. Melalui doa dan dukungan yang diberikan sahabatku, aku bisa tetap berpegang pada komitmenku untuk mewujudkan resolusiku sepanjang tahun.

5. Bersandarlah pada Tuhan, karena Dialah yang berdaulat atas kehidupan kita

Dari seluruh langkah di atas, inilah langkah yang paling penting yang harus kita lakukan, yaitu melibatkan Tuhan di dalam setiap aktivitas dan resolusi kita. Kita boleh memiliki impian dan berusaha keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Tapi, kita tidak boleh lupa bahwa Tuhanlah yang memiliki kuasa untuk mewujudkan mimpi itu atau tidak.

Kitab Amsal 3:6 mengatakan, “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Ketika kita melakukan segala sesuatu bersama dengan-Nya dan untuk-Nya, kita akan dibuat kagum oleh sukacita dan makna yang kita temukan bahkan di dalam pekerjaan yang paling sederhana sekalipun.

Akhir kata, resolusi hanyalah akan menjadi sekadar untaian kata tak bermakna jika kita tidak mulai melakukannya. Selamat tahun baru 2018!

“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31).

Sumber: warungsatekamu.org

Seringkali kita sebagai manusia ingin melupakan masa lalu, entah karena dosa, kesalahan dan kegagalan kita. Banyak dari kita yang ingin mendapatkan sebuah awal yang baru, Tahukah kamu kalau Tuhan sudah menyediakan fresh start, sebuah anugerah yang sempurna, sehingga kamu menerima pengampunan dan kamu bisa meninggalkan semua dosa, kesalahan dan kegagalan kamu di masa lalu.

Semua kegalauan, keputusasaan, kekosongan yang kamu rasakan dalam hatimu, itu karena Tuhan tidak ada dalam hidupmu. Kita diciptakan untuk punya hubungan dengan Tuhan, tapi karena dosa kita terpisah dari Tuhan.

Tapi sebenarnya Tuhan sudah menyelesaikan masalah ini.
Jawaban dari semua masahmu ada di dalam Yesus, Dia sudah menanggung semua dosa kita di salib. Yesus mati untuk menebus dosa kita semua. Dan Dia bangkit dari antara orang-orang mati . Menang atas dosa.
Yesus melakukan itu semua karena Dia mengasihi kamu.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.

Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment