“Aku dulunya hilang, tetapi sekarang ditemukan”… Kasih karunia yang ajaib!

oleh Sdr. Grace C.

“Sebab dahulu [aku] sesat seperti domba, tetapi sekarang [oleh kasih karunia Tuhan, aku] telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwa[ku].

(1 Peter 2:25)

Saya senang sekali melukis gambar domba. Sebelum saya bertobat, saya melukis gambar domba untuk menggambarkan kondisi rohani saya pada waktu itu: seekor domba yang sesat – domba yang berkeliaran tanpa tujuan yang nyata, tidak tahu harus ke mana … seekor domba yang melarat. Setelah Allah hadir dalam hidup saya dan membawa saya kepada Dia dan ke dalam kemuliaan-Nya, saya sekarang adalah domba yang sudah ditemukan – domba yang mengenal kasih karunia Allah, yang selama ini memang telah menyelubungi saya, bahkan sebelum saya dilahirkan.

Nama saya adalah Grace [artinya kasih karunia dalam bahasa Inggris]. Dan hidup saya adalah kesaksian yang hidup tentang kasih karunia Allah yang ajaib! Menurut orang tua saya, pilihan nama saya bukanlah tanpa sebab, tetapi satu ingatan akan kasih karunia Allah bagi saya dan keluarga saya. Pada awal tahun 1982, di sebuah rumah dua tingkat di Wolverhampton, Inggris, mama, yang pada waktu itu hamil tua tetapi menderita dari penyakit anemia (atau dalam istilah medis, thalassemia), jatuh dari tangga di tingkat atas dan berguling ke lantai dasar. Saat papa mendengar benturan keras “bang” ia langsung berlari keluar dari kamarnya tetapi mama sudah tergelatak di lantai bawah. Mama langsung dilarikan ke rumah sakit. Tetapi doktor tidak dapat mendeteksi detak jantung bayi yang di dalam kandungan [yakni saya], jadi tidak ada yang tahu apakah bayi itu masih hidup atau tidak. Satu-satunya hal yang dapat orang tua saya lakukan adalah berdoa meminta belas kasihan Tuhan, agar Ia akan mengizinkan saya untuk hidup.

Dua hari setelah itu, saya ditemukan masih hidup dan sehat di dalam kandungan mama. Sebagai tanda upcapan syukur kepada Allah dan satu ingatan kepada kami tentang apa yang telah Tuhan kerjakan, orang tua menamakan saya “Grace”. Bagaimanapun, selama begitu banyak tahun, saya menjalani hidup tanpa menyukuri dan tanpa pengetahuan akan kasih karunia Allah. Hal ini bukan karena tidak ada orang yang memberitahu saya tentang hal itu tetapi karena keegoisan dan kebutaan rohani saya. Saya dilahirkan di dalam keluarga Kristen, tetapi saya tidak pernah mengalami satu hubungan pribadi dengan Tuhan.

Sebelum saya sesungguhnya menyerahkan diri saya kepada Tuhan melalui baptisan pada tahun 1999, saya selalu menghindar dari disebut sebagai orang Kristen. Karena jauh di lubuk hati saya, saya tahu bahwa saya tidak sesungguhnya mengenal Allah, apa lagi mempercayai dan menaati Dia sebagai Penguasa dan Penyelamat! Tentu saja saya melakukan banyak kegiatan “Kristen” – seperti ke gereja setiap hari Minggu, ke kebaktian pemuda pada hari Jumat dst. Saya juga berusaha untuk hidup menurut standar yang diajarkan di Alkitab, seperti “mengasihi sesama seperti dirimu sendiri”, tetapi tentu saja saya tidak selalu dapat hidup sesuai dengan standar tersebut. Walaupun demikian, saya tetap menganggap diri saya seorang yang baik.

Saya anak yang taat dan rajin belajar. Pada kenyataannya saya begitu rajin belajar sehingga orang tua saya harus meminta saya jangan terlalu rajin dan mendorong saya untuk lebih banyak bersantai! Saya juga senang membantu orang lain. Ada kalanya saya rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk membantu orang. Tetapi saat saya menyelidiki isi hati saya, saya tahu bahwa perbuatan-perbuatan “baik” tersebut didasari oleh keinginan egois untuk diterima dan dikagumi oleh orang lain. Siapa yang tidak mau diterima dan dipuji?

Selama beberapa tahun, saya berusaha untuk menemukan sahabat yang sejati – seorang yang sepenuhnya jujur dan setia, yang tidak akan mengkhianati saya, yang akan menerima saya apa adanya, termasuk kekuatan dan kelemahan saya. Namun, teman sejati yang saya cari itu tidak saya temukan di mana pun.  Saya mengalami stress berat dalam tahun-tahun pertumbuhan saya. Hal ini bersumber dari satu dorongan kuat untuk menjadi unggul dalam segala yang saya lakukan, dan ketakutan yang luar biasa terhadap kemungkinan saya akan gagal mencapai standar yang sudah pernah saya raih sebelumnya. Saya sangat takut saya akan kehilangan sesuatu, yang pada waktu itu adalah apa yang dapat saya pegang yakni pencapaian saya di dalam hidup ini. Saya terikat kepada satu keinginan yang kuat untuk selalu berusaha menampilkan sisi terbaik saya kepada orang lain agar orang mempunyai opini yang baik tentang diri saya.

Bagaimanapun, semakin saya berusaha, semakin saya menyadari bahwa tidak ada satu apa pun di dalam hidup ini yang sesungguhnya dalam pengendalian saya. Saya merasa begitu lemah dan tak berdaya. Saya mulai memahami bahwa sekalipun saya dapat memperoleh seluruh dunia, apa gunanya jika Allah tidak hadir dalam hidup saya? Karena tidak ada hal di dunia ini yang akan bertahan selama-lamanya, dan seringkali semua glamour dan kemuliaan yang ditawarkan dunia bersifat sementara dan sia-sia. Dalam satu detik glamour dan kemuliaan itu akan sirna dan menjadi bagian dari masa lalu yang melarat!

Periode hidup saya yang di “lembah kekelaman” dipenuhi oleh ikatan dan keraguan, pada akhirnya sudah berlalu. Akhirnya, saya tiba ke dalam pengetahuan bahwa Allah adalah nyata! Bukan hanya demikian, Allah mengetahui karakter saya yang penuh keraguan, Ia memberikan saya lebih dari yang pernah saya minta. Ia berbicara kepada saya, bukan dengan suara yang kedengaran, tetapi di dalam bentuk satu pesan yang sangat jelas di dalam hati saya – seperti satu materai yang dimateraikan ke dalam saya saya. Ia berkata, “Aku ada di sini.” Pada titik itu, saya tahu bahwa tidak ada jalan lain! Saya tahu bahwa Tuhan telah menjawab doa saya di mana saya meminta untuk sesungguhnya mengenal Dia sedemikian rupa di mana saya tidak lagi akan menyangkal atau meragukan kenyataan-Nya. Ia telah melakukannya! Saya merasa begitu lega dan penuh sukacita! Kasih karunia yang luar biasa! Saya merasakan bahwa semua yang membebankan hati saya, dan semua rantai yang pernah mengikat saya dengan begitu kuat sehingga saya tidak dapat bernapas, semuanya telah ditiadakan! Saya merasa “ringan” dan sukacita yang meluap-luap mengalir dari hati saya! Buat pertama kali dalam hidup saya, saya menangis, bukan karena saya sedih atau marah tetapi hanya karena hati saya dipenuhi sukacita dan ucapan syukur!

Saya berdoa kepada Tuhan bahwa dari hari itu dan seterusnya, saya akan menyerahkan hidup saya sepenuhnya kepada Dia – satu-satunya Allah yang benar – dan bahwa saya akan melayani Dia seumur hidup saya. Dan pada tanggal 27 Juni 1999, saya menyerahkan hidup saya kepada Tuhan melalui baptisan. Sejak hari itu saya mengalami bahwa Tuhan terus menerus mengerjakan karya-Nya yang besar dalam mengubah saya dari hari ke hari menjadi semakin seperti Kristus. Pengalaman dan sukacita yang saya miliki dalam berjalan bersama Dia begitu berkelimpahan dan tidaklah mungkin bagi saya untuk mencatat satu per satu di sini. Bagaimanapun saya bertekad oleh kasih karunia-Nya, untuk membagikan kepada semua yang di sekitar saya, apakah melalui perkataan atau perbuatan, betapa besar dan luar biasanya kasih Yesus! Semoga Tuhan membantu saya untuk senantiasa mengingat nama yang telah Ia karuniakan kepada saya – Grace.

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment