Apa pilihanmu – Surga atau Neraka?

Ketika saya berusia 9 tahun, saya melihat sebuah kotak hitam yang kecil ditempatkan di depan rumah. Saya bertanya kepada ibu saya, “Benda apa itu, Bu?” Dan ibu menjawab, “Itu peti mati, tempat tidur untuk adikmu yang sudah meninggal.”

Saya bingung. Saya mengenal adik perempuan saya yang berumur tiga tahun itu sebagai anak yang lucu dan periang tetapi ibu saya berkata bahwa ia telah meninggal. Saya masuk ke kamarnya dan melihatnya terbaring di tempat tidur dengan wajah yang pucat dan putih. Tangan dan kakinya terasa begitu dingin.  Saya tidak tahu pada waktu itu bahwa saya sedang memandang pada suatu kematian.

Saya memanggilnya tetapi ia tidak menjawab. Saya kira ia tidak lagi mempedulikan saya. Setelah saya keluar dari kamar itu, saya melihat wajah ibu saya berlinangan air mata. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya juga tidak tahu bagaimana adik saya meninggal.

Saya melihat seseorang mengangkat adik saya dan memasukkannya ke dalam peti mati itu. Saya langsung berteriak kepada ibu, “Mengapa tidak membiarkan dia tidur di tempat tidur saja?” Tidak ada orang yang mendengarkan saya, dan peti mati itu dibawa pergi. Saya bertanya kepada ibu, “Ke mana mereka mau membawa adik? Apakah ia akan kembali lagi?” Ibu saya berkata bahwa adik saya akan dibawa ke suatu tempat yang jauh dan tidak akan kembali lagi. Mendengar jawaban ibu, saya langsung menangis dan berteriak-teriak memanggil adik saya.

Setelah itu saya bertanya kepada ibu apakah saya akan menjadi seperti adik saya, dan ibu berkata, “ya” dan saya merasa sangat sedih. Pada malam itu saya bermimpi bahwa saya mati seperti adik saya dan saya dimasukkan ke dalam peti mati. Saya menjadi begitu takut, saya berseru kepada kedua orang tua saya, “Saya tidak mau mati, saya mau tinggal bersama ayah dan ibu.” Saya terbangun dari tidur dalam keadaan menangis. Ayah dan ibu saya lari dari kamar mereka dan bertanya apa yang terjadi. Sambil menangis saya berkata, “Saya bermimpi bahwa saya mati. Saya takut. Saya tidak mau mati. Kematian itu begitu mengerikan. Saya akan dibawa ke suatu tempat yang jauh. Tidak, saya tidak mau mati! Saya mau hidup terus dan tinggal bersama ayah dan ibu!”

Saudara, takutkah Anda pada kematian? Saya tidak takut sekarang, sama sekali tidak. Setiap orang harus mati. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindarinya. Hal yang menakutkan adalah dimanakah Anda akan berakhir setelah Anda mati. Subyek ini sangat perlu kita selidiki. Biarlah saya memberitahu Anda apa yang akan terjadi setelah kita mati.

Lukas 16.22-23 Kemudian matilah Lazarus, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati dan dikubur. Sementara orang kaya itu menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.

Orang kaya itu berakhir di alam maut dan menderita sengsara dan disiksa di dalam api. Lazarus berakhir di pangkuan Abraham.

Neraka itu memang ada. Sebelum ini saya sendiri tidak percaya pada neraka atau surga. Saya dibutakan oleh pendidikan dunia dan pengetahuan ilmiah. Tetapi Tuhan telah menunjukkan kepada saya surga dan neraka agar saya kembali kepada-Nya.

Waktu saya dimasukkan ke rumah sakit jiwa, kamar saya bersebelahan dengan seorang pasien yang akan menangis dan berdoa setiap menjelang malam. Ia akan mengingat-ingat dosa-dosa yang telah ia lakukan dan mengigit lidahnya. Menjelang fajar, ia akan berhenti. Dan di malam hari, proses itu berulang lagi. Setiap malam, pasien itu merasa ia melihat api yang panas bernyala-nyala di sekitarnya.

Pada awalnya saya tidak mengerti, lalu saya bertanya kepada Tuhan. Dan Tuhan memberitahu saya, “Di neraka, para penghuni di situ tidak ada hal lain untuk dilakukan melainkan berkubang dalam kemelaratan mereka. Semakin mereka memikirkannya, semakin mereka menderita. Jadi orang yang tidak bertobat akan berhadapan dengan kesedihan yang mendalam dan dengan berjalannya waktu, mereka akan semakin tersiksa.”

Saya pernah mengalami hal ini, semakin saya mengingat dosa yang telah saya lakukan, semakin saya tersiksa. Di tahap di mana saya tidak lagi dapat menanggungnya, saya diingatkan bahwa saya harus berdoa. Setelah saya berdoa, semua beban dosa itu hilang dan damai kembali ke dalam hati saya. Sudahkah Anda bertobat dari dosa-dosa Anda? Jika tidak, Anda tidak akan pernah merasa damai!

Pernah saya berkhotbah di Beijing dan terdapat seorang gadis bernama Chow. Ia mati di usianya yang ke 15. Selama empat bulan ia dirawat di rumah sakit dan ketika ia mendengar saya mengabarkan Injil, Roh Kudus berkerja di dalam hatinya dan menyelamatkan jiwanya. Ia akhirnya bertobat dari dosa-dosanya. Semakin hari, penyakitnya menjadi semakin parah. Ia meminta kakaknya untuk mencari Pendeta Wang(Ming Dao) untuk membaptisnya.

Setelah baptisannya, ia mengalami sukacita yang tak terucapkan. Lalu ia meminta untuk bertemu dengan ayahnya. Ia berkata kepada ayahnya, “Ayah harus percaya bahwa ada Allah yang hidup.” Ayahnya menjawab, “Aku seorang pencandu opium dan orang yang berdosa. Bagaimana mungkin Tuhan mau dengan seseorang yang berdosa seperti aku.” Anaknya berkata, “Tuhan itu kasih. Ia mengasihi orang berdosa. Ia mengasihi ayah. Jika ayah tidak menempatkan kepercayaan pada Tuhan, saya tidak akan bertemu dengan ayah lagi.” Ayahnya tergerak dengan perkataan anaknya dan berlutut untuk mengakui dosanya.

Setelah itu ia meminta untuk bertemu dengan kakaknya dan menyatakan hal yang sama kepadanya. Kakaknya juga tersentuh dengan rayuan adiknya dan bertobat dari dosanya. Demikianlah ia bertemu dengan setiap anggota keluarganya dan meminta kepada mereka untuk bertobat.

Anak gadis berusia 15 tahun ini menyelamatkan seluruh keluarganya. Ia begitu penuh dengan sukacita. Setelah itu, ia mengumpulkan seluruh keluarganya dan berkata, “Penyakit saya tidak akan sembuh. Walaupun saya tahu saya akan mati, tapi saya sangat bersuka cita. Karena saya akan pergi ke suatu tempat yang penuh dengan kegembiraan. Ayah, ibu, kakak dan adik-adik saya, akan berada di sana juga. Kita akan bertemu di sana nanti. Sekarang malaikat sudah mau datang untuk menjemput saya. Yesus datang! Saya akan kembali ke rumah-Nya. Janganlah bersedih dan menangis.” Dengan kata-kata terakhir itu, ia meninggalkan dunia ini. Ia meninggal dengan sebuah senyuman di bibirnya. Ia sudah kembali ke rumah surgawinya.

Saudara-saudaraku yang terkasih, apa yang akan menjadi pilihanmu, surga atau neraka? Semoga Anda sudah siap untuk kembali ke rumah surgawi!

(Sumber: Dirangkum dan diterjemahkan dari khotbah John Sung, Heaven and Hell)

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment