Iman dan Kekhawatiran

“Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan akan apa yang hendak kamu pakai. Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” – Matius 6:25-26 

Iman dan kekhawatiran adalah dua hal yang tidak mungkin hadir bersamaan. Jika Anda sungguh-sunguh memiliki iman, Anda tidak mungkin akan khawatir. Jika Anda khawatir, hal ini menunjukkan bahwa Anda tidak sunguh-sungguh memiliki iman yang sejati. Oleh karena itu, dengan melihat pada diri kita, kita akan mengetahui apakah kita sunguh-sunguh memiliki iman atau tidak.

Selama lebih dari dua puluh tahun mengikut Tuhan, saya benar-benar bebas dari kekhawatiran. Bukan karena saya tidak pernah mengalami kesulitan, atau masalah. Bahkan saya juga pernah mengalami banyak kesulitan, akan tetapi saya tidak khawatir sama sekali.

Ini bukan karena saya seorang yang spesial. Tetapi karena saya percaya kepada Allah. Dialah yang spesial.

Dia adalah Allah yang menciptakan alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang pernah bisa mengukur luasnya alam semesta yang terbentang dari timur ke barat. Tidak adaseorang ilmuwan pun yang berani memastikan di mana batas pinggir alam semesta ini. Jika alam semesta yang Dia ciptakan itu tidak terukur, apalagi dengan Dia sendiri yang adalah Sang Pencipta? Tahukah Anda sebesar mana Allah kita?

Jika Anda berkata bahwa Anda percaya kepada Allah, akan tetapi Anda khawatir akan hidup Anda, maka Anda sebenarnya sedang mengolok-olok iman Anda. Apakah Allah yang besar ini tidak mampu menyediakan sesuap nasi bagi Anda?

Iman harus diterapkan ke dalam hidup kita. Hal ini saya pelajari sejak saya mulai mengenal Allah sewaktu saya sedang belajar di Kanada.

Saya lahir di tengah keluarga yang agak miskin, kebanyakan dari kami bekerja sebagai buruh kasar. Berdasarkan tingkat penghasilan keluarga, mereka tidak akan pernah mampu membiayai pendidikan saya. Setelah lulus SMA, saya bekerja sekitar  dua tahun. Setelah uang saya cukup untuk membayar tahun pertama kuliah dan tiket pesawat terbang, saya pun berangkat.

Sama seperti mahasiswa asing yang lain, saya harus bekerja sambilan untuk bisa hidup. Sebenarnya, bekerja adalah kegiatan yang ilegal karena visa pelajar bukanlah izin untuk bekerja. Akan tetapi, saya tidak bisa sekadar kuliah saja karena saya harus membiayai hidup saya sendiri. Pada masa itu, saya kuliah dari hari Senin sampai Jumat. Dari Jumat sore hingga hari Minggu saya bekerja di restoran Cina. Dengan begitu, saya punya cukup uang untuk makan, akomodasi dan keperluan hidup lainnya. Di musim panas, saya bekerja full-time. Jadi, penghasilan saya lebih dari cukup, saya bahkan mendapatkan cukup uang untuk membeli mobil. Pada waktu itu, saya merasa bahwa hidup ini cukup indah dan nyaman-saya bukan saja mendapat kesempatan untuk kuliah tapi saya juga dapat bersenang-senang.

Belakangan, ada orang yang mulai memberitakan Injil kepada saya. Saya pernah mendengar tentang Allah dan berdoa kepada-Nya sebelum itu. Akan tetapi, saya tidak benar-benar mempercayai-Nya. Selanjutnya, saya dan teman sekelas saya belajar Alkitab bersama, dan secara perlahan-lahan saya sampai pada kesadaran bahwa Allah pencipta langit dan bumi itu memang ada. Saya ingin percaya kepada-Nya dan mengikut Dia. Tentu saja, jika Anda mempercayai-Nya, Anda pasti ingin mengikuti-Nya juga. Lalu apa yang akan terjadi di saat kita berelasi dengan Allah yang hidup ini?

Ujian datang ketika seorang saudara berkata kepada saya, “Kamu percaya dan ingin ikut Allah, akan tetapi kamu harus tahu bahwa Allah adalah Allah yang kudus. Jika kamu mau ikut Dia, kamu tidak boleh berbuat dosa dan hidup di dalam dosa.”

Dia melanjutkan untuk berkata bahwa fakta saya bekerja dengan visa pelajar adalah sesuatu perbuatan yang ilegal, suatu perbuatan yang tidak benar.  Dan akan sangat sulit bagi saya untuk bersaksi dan mengakui diri saya sebagai orang Kristen, apabila di saat yang bersamaan saya sedang melakukan hal-hal yang jelas-jelas melanggar hukum.  Pada waktu itu, saya setuju dengan teman saya. Saya menyadari bahwa saya tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati-Nya jika saya ingin ikut Dia.

Namun di sisi lain, saya baru masuk tahun pertama kuliah. Sebelum itu, saya harus mengikuti kuliah persamaan. Siapa yang akan memberi saya makan jika saya harus berhenti bekerja? Saya tidak ada saudara di sana dan orang tua saya tidak mungkin membiayai hidup saya di Kanada. Itu berarti jika saya tidak bekerja maka saya harus berkemas dan pulang tanpa menyelesaikan kuliah saya.

Pulang ke rumah tanpa menyelesaikan kuliah jelas membutuhkan kulit muka yang tebal. Bagaimana saya akan menghadapi semua kawan dan keluarga saya-semua orang tahu bahwa saya telah berangkat ke luar negeri untuk kuliah dan mereka bahkan mengantarkan saya ke bandara. Saya sangat menyadari bahwa ini adalah kesempatan yang sangat langka karena tak seorang pun dari keluarga saya (selain saya) yang mendapatkan kesempatan untuk kuliah ke luar negeri. Di antara semua saudara kandung dan sepupu saya, tidak ada yang beroleh kesempatan untuk masuk ke universitas. Sayalah satu-satunya. Jadi, ini adalah suatu pergumulan yang sangat berat buat saya.

Saya tahu tentang persyaratan bahwa saya harus kudus untuk mengikut Allah Yang Kudus. Saya terus mengumuli hal ini. Saya tidak dapat tidur di malam hari. Sekalipun saya akhirnya tertidur, benak saya tetap dipenuhi oleh persoalan ini di saat saya bangun. Berhenti atau tidak? Mampu atau tidak? Saya bergumul selama dua hari dan dua malam.

Akhirnya, saya merasa yakin sepenuhnya bahwa Yesus adalah pribadi yang menyelamatkan dan Ia adalah segalanya. Lalu saya berpikir, “Jika Dia adalah Juruselamat yang sejati, maka Dia dapat menolong saya jika saya bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.” Jika Allah yang Anda percayai tidak dapat menolong Anda ketika Anda bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, maka Anda tidak perlu percaya kepada-Nya.

Saya tahu bahwa kehadiran Allah nyata adanya, dan saya memiliki keyakinan bahwa Dia pasti mampu menolong saya jika saya mengikuti Dia. Oleh sebab itu, saya bertindak berdasarkan keyakinan ini. Inilah artinya kepercayaan, bahwa kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya.

Lalu saya pergi ke tempat kerja saya dan mengundurkan diri. Jika Anda menyerahkan segalanya ke dalam tangan-Nya dan Dia tidak dapat menjaga apa yang kita percayakan, maka lupakan saja semuanya. Akan tetapi, iman adalah keyakinan bahwa Dia tidak akan mengecewakan. Dengan demikian, pada saat itu, saya benar-benar menyerahkan segalanya ke dalam tangan-Nya, dan selanjutnya, saya hidup berdasarkan iman, yaitu hidup yang sepenuhnya bergantung kepada Allah sebagaimana yang dijelaskan di dalam Alkitab.

Banyak orang yang telah membaca ayat di Matius 6 tentang mempercayai Tuhan untuk segalanya, tetapi persoalannya adalah apakah mereka telah mengalaminya. Anda dapat saja membacanya dan percaya akan apa yang disampaikan tetapi kepercayaan itu tetap mati jika Anda belum menerapkannya. Sudahkah Anda menerapkan hal ini di dalam hidup Anda?

Saya benar-benar mengalami apa yang disampaikan di sini. Selama dua puluh bulan, sejak saat saya mengundurkan diri dari pekerjaan saya sampai saat saya lulus kuliah saya hanya bergantung pada Allah yang kekal. Saya tidak memiliki penghasilan maupun dukungan keuangan dari keluarga dan teman-teman saya. Ternyata tidak ada masalah untuk melalui periode tersebut. Ini membuat saya benar-benar melihat realitas Allah.

Penting untuk dicatat bahwa saya tidak memberitahu kepada orang-orang di sekitar saya tentang hal ini sekalipun saya tetap dengan setia beribadah ke gereja. Saya bisa saja menceritakan hal ini dan memperoleh simpati dan membiarkan orang lain menolong saya. Tetapi hidup di dalam iman berarti dibimbing menuju Allah, bukan manusia. Jadi, pada waktu itu, saya bertekad di dalam hati untuk hidup oleh iman. Saya hanya bergantung kepada Allah. Dan saya mendapati bahwa Allah selalu peduli pada saya dan saya tidak kekurangan apa-apa.

Ini adalah hal yang ajaib-Allah benar-benar bisa menghidupi seseorang selama dua puluh bulan tanpa kekurangan apa pun. Bukan karena Allah memberi Anda setumpuk uang-tidak ada orang tua yang bijaksana yang mau melakukan hal tersebut. Allah tidak berbuat seperti itu. Dia menyediakan dengan perlahan dan Dia memimpin dalam berbagai cara.

Pernah sekali, saya sedang mengerjakan sesuatu di pusat kegiatan mahasiswa. Ketika saya sampai, saya mendengar dari seseorang bahwa mereka bisa mengusahakan agar para mahasiswa dapat dipekerjakan di rumah warga setempat sebagai pengasuh anak-anak dan tinggal bersama keluarga tersebut. Baru saat itu saya mengetahui akan adanya hal semacam ini. Tidak ada pembayaran yang diberikan. Tugasnya hanyalah tinggal bersama keluarga tersebut dan semuanya kebutuhan makan dan akomodasi akan disediakan. Karena pekerjaan ini tidak dibayar maka pemerintah mengizinkan kegiatan ini. Jadi, saya menemui salah satu keluarga ini dan dipercayakan untuk mengasuh dua anaknya di jam-jam saya selesai kuliah. Saya hidup seperti ini selama sekitar setengah tahun. Pada liburan musim panas berikutnya, salah seorang anaknya pulang setelah kuliah di Amerika. Saat itu saya tinggal di kamarnya, jadi mereka tidak dapat menampung saya lagi dan saya harus keluar.

Di waktu yang bersamaan saya mendengar dari gereja bahwa mereka memerlukan seorang petugas keamanan. Gereja itu berlantai tiga dan merupakan bangunan yang berdiri sendiri. Gedungnya cukup besar. Pada umumnya tidak ada orang yang pergi ke sana. Gedung hanya dipakai pada waktu ada PA atau ibadah di hari Minggu. Lebih sering gedung itu berada dalam keadaan kosong. Jadi pendeta menganjurkan untuk mencari penjaga gedung. Saya menawarkan diri untuk pekerjaan itu karena saya tidak punya tempat tinggal. Setelah membicarakan hal ini dengan pendetanya, saya mendapati bahwa pekerjaan ini cocok dan saya pindah ke gereja.

Bukan saja masalah akomodasi saya bisa diatasi, keperluan makan saya juga dipenuhi. Seringkali ada acara makan-makan setelah selesai ibadah dan akan terdapat banyak hidangan lezat yang tersisa. Satu kali, mungkin di hari Thanksgiving atau di hari Natal, jemaat memasak ayam kalkun yang besar, separuhnya masih tersisa. Hal pertama yang saya lakukan adalah memotong-motong dagingnya dan menyimpannya di dalam kulkas. Selanjutnya, selama hampir sebulan saya menikmati berbagai macam hidangan – ayam kalkun goreng, rebus, panggang, dan nasi goreng ayam kalkun. Sungguh luar biasa. Demikianlah, Allah mencukupi terus menerus.

Seringkali, saya berada dalam keadaan tanpa uang dan akhirnya saya menutup rekening bank saya. Akan tetapi, hal yang luar biasa adalah Allah secara terus menerus membimbing saya sehingga saya tak pernah kekurangan.

Pernah suatu kali, pada akhir masa liburan musim panas, banyak universitas di Kanada menyelenggarakan perkemahan musim panas. Ini adalah acara besar dan sekitar enam ratus mahasiswa Kristen mengikutinya. Saya berharap untuk bisa belajar dari acara perkemahan yang berjalan selama satu minggu itu. Saya kuliah di Montreal pada waktu itu, dan lokasi perkemahan adalah di tempat yang bernama Trent, yang jaraknya sekitar sepuluh jam perjalanan dengan bus. Saya mempunyai cukup uang untuk membayar ongkos perkemahan dan berangkat ke sana dengan bus antar kota. Acara di perkemahan itu sangat memberkati saya. Khotbah-khotbah yang disampaikan sangat menguatkan saya.

Pada hari terakhir, pimpinan acara mengumumkan bahwa para peserta diberi kesempatan untuk menyumbang buat membantu dana penyelenggaraan acara perkemahan itu. Acara perkemahan ini diselenggarakan utamanya untuk para mahasiswa, jadi ongkos perkemahan ditetapkan sangat rendah karena itu kegiatan ini banyak mengandalkan bantuan dana.

Pada saat itu, saya ingin memberi respon kepada Allah dengan apapun yang saya miliki, sekecil apapun nilainya. Sekalipun saya tidak punya banyak uang, saya merasa bahwa saya harus ikut menyumbang karena saya telah memperoleh begitu banyak manfaat dari acara ini. Jadi, saya mengeluarkan sisa uang di kantong saya dan memasukkannya ke dalam kotak persembahan tanpa berpikir tentang bagaimana saya bisa pulang nantinya. Saya benar-benar tidak berpikir tentang dua puluh atau tiga puluh dolar Kanada yang diperlukan untuk perjalanan pulang nanti.

Hari itu adalah hari terakhir. Saya tidak khawatir. Saya kenal siapa yang saya percayai. Saya yakin bahwa Allah akan memimpin dan akan memenuhi keperluan saya.

Setelah semua acara berakhir, saat tiba waktunya untuk berpisah, seorang saudara yang lebih tua, yang juga berasal dari Montreal,  mendatangi saya. Dia bertanya apakah saya akan pulang ke Montreal. Dia datang dengan keluarganya, tetapi mereka tidak ikut pulang karena mereka masih ingin menikmati liburan di Trent. Karena ada tempat kosong di mobilnya dia menawarkan kepada saya untuk ikut di dalam mobilnya. Begitulah cara Allah mengatur kepulangan saya.

Ketika kami sedang berada di dalam mobil dan siap-siap untuk berangkat, penyelenggara perkemahan mendatangi mobil kami dengan membawa sebungkus besar ayam goreng KFC. Dia tahu bahwa kami akan menempuh perjalanan sekitar sepuluh jam dan pada saat kami sampai nantinya, mungkin sudah tengah malam. Dia khawatir kalau-kalau nanti kami kelaparan di tengah jalan jadi dia membelikan kami ayam goreng KFC. Saya tidak punya uang sama sekali-bukan saja tidak punya uang untuk ongkos bus, saya bahkan tidak ada uang untuk membeli makanan. Di dalam pemeliharaan Allah, ongkos pulang dan makan malam telah ditanggung-Nya.

Hal yang ajaib adalah seringkali saya berada dalam keadaan tanpa uang, tetapi saya tidak pernah kelaparan. Allah sangat teliti menyediakan setiap porsi makanan, sama seperti ayah Anda yang akan menyediakan makanan tepat pada waktunya. Dia tidak akan membiarkan anak-anak-Nya kelaparan.

Di dalam Yohanes 11:40, dikatakan “Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah“. Kalau Anda percaya kepada Allah dan Anda benar-benar hidup dengan mempercayainya, maka Anda juga akan melihat kemuliaan Allah!

(Kesaksian ini dikutip dari khotbah Pendeta Lee yang berjudul Bagaimana Menerapkan Iman Kepercayaan pada Yesus, dalam Seri Pengenalan Injil 12)

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment