Apakah Saya Menjadi Teladan bagi Anak Saya?

Saya merasa sangat dikuatkan dan diberkati oleh kesaksian mingguan – yang berisi kesaksian tentang pengalaman, pergumulan, sukacita dan berkat-berkat yang kita alami bersama anak-anak kita – pada minggu yang lalu di gereja. Sejak saat itu, saya merenungkan kembali peran dan tujuan hidup saya sebagai seorang ibu.

Bagi mereka yang mengenal saya, mereka tahu bahwa saya ini bukan ibu yang serba bisa. Saya punya kelemahan dan kekurangan, dan saya bahkan sering membuat keputusan yang menyedihkan hati anak saya. Sering saya bertanya pada diri sendiri, “Akankah saya mampu untuk menjalankan apa yang diperintahkan di dalam Amsal 22:6: Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

Akankah saya mampu untuk menjadikan anak saya, Ean agar takut akan Tuhan? Untuk mengakui Tuhan di setiap langkahnya? Saya bertanya kepada Tuhan, “Bagaimana dan dari mana harus memulainya?”

Tuhan mengingatkan saya akan anak-anak Nuh.

Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.”

Kejadian 7:1

Anak-anak Nuh menghadapi suatu keputusan yang sangat menentukan. Mereka hidup di dunia di mana semua orang dengan gegabahnya mengabaikan Allah. Kelicikan menjadi pedoman umum saat itu. Tak seorang pun yang akan mengecam anak-anak Nuh jika menjalani hidup dengan cara yang jahat seperti masyarakat lainnya – tak seorang pun, kecuali ayahnya.

Di dunia yang penuh oleh perilaku durjana dan segala bentuk kelicikan, mereka beruntung menjadi anak-anak Nuh. Saat ayah mereka mengundang mereka untuk mencurahkan waktu sampai ratusan tahun membangun sebuah bahtera untuk mentaati firman dari Allah, anak-anak Nuh berhadapan dengan pilihan untuk mempercayai orang-orang di sekitar mereka atau kepada ayah mereka.

Mereka memilih untuk ikut dengan ayah mereka. Sungguh suatu kesaksian yang indah, yakni tentang pengaruh kesalehan Nuh di tengah keluarganya! Betapa beruntungnya Sem, Ham dan Yafet, karena ayah mereka menolak untuk mengorbankan integritasnya, sekalipun orang-orang lain di tengah masyarakat mereka telah melakukan hal itu.

Saya bersyukur kepada Bapa surgawi yang mengingatkan saya; yakni bahwa hidup saya memiliki dampak yang besar bagi orang-orang di sekitar saya, khususnya terhadap anak saya. Orang-orang di sekitar saya sangat terpengaruh oleh pilihan-pilihan saya. Mereka yang bekerja bersama saya, para tetangga, sahabat-sahabat saya dan terutama keluarga saya, semua akan terkena dampak dari pilihan-pilihan dan cara hidup saya.

Saat dunia merayu orang-orang untuk mengikuti standarnya, saya berdoa agar hidup saya bisa tetap teguh dalam standar yang berlawanan, berdiri sebagai contoh orang benar, sebagai orang yang memilih untuk ikut jalan Tuhan.

Saya berharap bahwa suatu hari nanti, ketika waktunya tiba untuk masuk ke dalam bahtera, anak saya juga ikut dengan saya!

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment