Begitulah Caranya Menjadi Tua

Mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai harus menghadapi maut – Why 12.11

Evelyn dilahirkan di Inggris pada tahun 1879. Ayahnya adalah seorang  pedagang yang cukup  sukses. Sebagai seorang wanita muda, yang  Evie biasa lakukan adalah memberikan hiasan pada topi berbulu dan baju berjumbai. Keluarganya terlibat dalam pekerjaan misi, pelayanan di jalanan, dan juga kegiatan-kegiatan amal. Ayahnya sangat melindungi putri-putrinya, bahkan tidak mendorong mereka untuk menikah karena pernikahan akan memisahkan mereka darinya, namun satu demi satu dari putrinya mulai berkeluarga. Evie juga belajar melukis. Sampai akhir masa hidupnya, ia membuat sketsa dan melukis dengan penuh semangat. Tetapi di saat memasuki usia 20-an, ia sadar bahwa seni tidak memberikan kepuasan bagi jiwanya.

Evie berusia 30 tahun saat ia menghabiskan beberapa minggu di Australia untuk membantu seorang saudara. Dalam pelayaran kembali pulang, ia merasakan sebuah panggilan ilahi untuk menjadi seorang misionaris. Tetapi bagaimana caranya untuk memberitahukan kabar ini kepada ayahnya? Kedatangan seorang misionaris muda dari India sangat membantu. Ia bertemu dengan Jesse Brand, yang mana dalam pandangannya Jesse sedikit terlalu tegang orangnya. Tetapi di dalam sebuah pertemuan misionaris, Jesse sepertinya melihat langsung kearahnya di saat ia mendeskripsikan betapa kotor dan melaratnya keadaan di ladang misi. Evie seperti mendengar sebuah pertanyaan yang tidak tidak diucapkan dalam perkataan Jesse, “Dapatkah ia, seorang gadis yang mengikuti mode menghadapi hal semacam itu?” Sebuah jawaban muncul dari dalam dirinya “Ya, dengan pertolongan Tuhan, ia bisa!” Dan akhirnya Evie pun cukup gusar untuk mengatakan hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya sangat terpukul di saat mendengar kabar itu Seorang misionaris? Apakah jiwa-jiwa yang terhilang tidak cukup banyak di London? Evie bersikeras bahwa ia harus menaati panggilan Tuhan. Pada akhirnya ayahnya menyerah. Evie boleh pergi, tapi ia harus mengizinkan ayahnya untuk menyediakan dukungan secara menyeluruh. Pada pesta perpisahannya, Evie mengenakan baju cantik yang biasa ia kenakan. “Ia terlihat lebih seperti seorang aktris dibandingkan seorang misionaris,” kata seseorang.

Ditugaskan ke Madras di dataran India, Evie menemukan bahwa Jesse Brand juga dipindah tugaskan ke tempat yang sama. Evie jatuh cinta padanya dan juga kepada visinya untuk orang-orang di Pegunungan Kematian. Tapi kemudian ia mengetahui bahwa Jesse telah bertunangan. Dalam keadaan terkejut, ia berlari menuju kamar mandinya dan menuangkan air dingin pada dirinya. Ia membuat dirinya seperti lelucon! Hatinya menjadi kering. Saat dirinya melihat bunga India yang mekar sedemikian indahnya di musim kemarau, ia lalu berdoa, “Biar aku menjadi seperti bunga itu ya Tuhan, berbunga teramat indah di saat hidup terlihat seperti kering dan mati.” Dalam usahanya mempelajari bahasa, hal itu membawanya menuju perbukitan. Jesse menghubunginya dan mengatakan bahwa pertunangannya dibatalkan. Maukah Evie menikahinya? Mereka akan dapat melayani bersama-sama di pegunungan.

Pada awalnya, seorang yang hampir meninggal mempersembahkan hatinya kepada Kristus. Kejadian itu terjadi 7 tahun sebelum mereka melihat sebuah pertobatan lainnya di daerah Kolli.  Dikarenakan para pendeta Hindu takut akan kehilangan pengaruh dan sumber pendapatan, mereka menentang Injil. Banyak orang ingin mengikuti Yesus karena Allah memakai Jesse untuk menyembuhkan penyakit-penyakit mereka, tetapi para pendeta Hindu menakut-nakuti mereka menjauh dari iman yang baru ini. Jesse mengajarkan mereka cara bercocok tanam yang lebih baik, merawat orang sakit, membangun rumah, dan berjuang untuk ‘perperangan’ pajak mereka. Jesse menunjukan kepada Evie lima daerah perbukitan yang ia harap dapat ia menangkan bagi Kristus, daerah Kolli mereka sendiri, dan berlanjut ke Pachais, Kalrayan, Peria Malai, dan Chitteris.

Mereka berdua pergi dari desa ke desa mengabarkan Injil dan merawat yang sakit. Tapi semua orang selalu menghindari Kekristenan karena takut akan para pendeta Hindu.  Sebuah terobosan datang di saat seorang pendeta Hindu sakit terkena demam. Jesse bergegas datang membantunya. Di detik-detik terakhir menjelang kematiannya, pendeta tersebut mempercayakan anak-anaknya kepada keluarga Brand. “Allah yang diberitakan Brand pastilah Allah yang benar,” katanya, karena hanya keluarga Brand yang menolongnya di saat-saat terakhir hidupnya. Para penduduk terkesima pada Allah yang telah membuat Jesse begitu menyayangi anak-anak yatim dari musuhnya. Evie pada akhirnya menjadi ibu dari banyak anak-anak India yang ditinggalkan oleh orang tua mereka. Melalui kasih keibuannya, sebuah komunitas Kristen kecil mulai tumbuh.

Tapi pertumbuhan dari penyebaran Injil tetap bergerak sangat lambat dan menyakitkan. Menyakitkan juga bagi Jesse dan Evie untuk meninggalkan dua anak mereka Paul dan Connie di Inggris untuk bersekolah. Evie berkata, “sesuatu sudah mati di dalam dirinya” di hari ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anaknya.  Itu adalah sebuah ujian kesetiaan terberat dari Allah bagi Evie.

Di Inggris, Paul dan Connie mengetahui bahwa ayah mereka telah meninggal. Jesse meninggal terjangkit demam ‘blackwater’. Walaupun Evie merasa hampa, ia berdoa agar Allah mengizinkan kematian Jesse untuk memenangkan banyak jiwa lebih dari masa hidupnya. Umat Hindu dan Kristiani berduka terhadap pria yang telah mencurahkan kasihnya kepada mereka, dan mereka saling berebut untuk melakukan pekerjaan yang biasa dianggap rendah yaitu untuk menggali lubang kuburan dan menurunkan mayat ke dalam lubang tersebut. Evie terus bergumul di dalam pelayanannya sendiri sampai adanya seorang pengganti. Jesse pernah berjanji untuk menunjukkan padanya sebuah jalan pintas ke sebuah desa, “Sekarang dia tidak mungkin bisa menunjukkannya,” Evie berduka. Tetapi ia salah. Saat menaiki kudanya suatu hari, kuda tersebut mengingat jalan baru tersebut dan membawa Evie melewati jalan pintas tersebut.

Setelah mengunjungi anak-anaknya di Inggris, Evie bersikeras untuk kembali ke perbukitan Kolli. Evie telah lama mengorbankan kenyamanan dan keluarga demi pelayanan misi. Tahun demi tahun, ia telah hidup hanya dengan sedikit warisan dan menyisihkan gaji resminya untuk membeli tanah bagi pekerjaan misi. Tetapi sejak suaminya Jesse meninggal karena demam, badan misi tidak yakin apa yang bisa dikerjakannya untuk memulai pelayanan di Pegunungan Kematian.

Dari sudut pandang majelis, adalah sebuah hal yang tidak mungkin untuk menunjuk wanita berusia 68 tahun untuk pelayanan 5 tahun ke depan. Tapi beberapa tahun sebelumnya. Jesse dan Evie telah berjanji untuk mencapai wilayah 5 gunung dengan Injil. 4 masih harus digapai. Evie merasa Tuhan memanggilnya untuk memenuhi janji itu. Putranya, Paul Brand, merancang sebuah rumah kecil untuknya, dan ia mengumpulkan bahan-bahan bangunan dan mengaturnya untuk dapat diangkut dengan seringan mungkin menuju pergunungan.

Bagi Evie, hidupnya bermula di usia 70.

Di usia 70 tahun ia mulai memenuhi impian Jesse, semua orang memanggilnya “Nenek” tapi ia merasa dirinya muda. Sama seperti waktu muda dulu, ia menjelajah dari satu desa ke desa lain menunggangi seekor kuda poni gunung, berkemah, mengajar, dan membagikan obat-obatan. Ia menyelamatkan anak-anak yang terlantar. Pekerjaan pelayanan jauh lebih berat sekarang dan ia semakin kurus. Alat pengangkut menyebabkan kepalanya terantuk batu. Sejak saat itu ia tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya dan terpaksa berjalan dengan tongkat bambu. Tapi ia selalu penuh dengan sukacita dan bahagia. “Puji Tuhan!” ia berseru terus menerus.

Meskipun mengalami patah tulang, demam, dan kelemahan tubuh lainnya, ia terus melayani. Dalam waktu 15 tahun, ia hampir memusnahkan cacing guinea dari wilayah Kalrayan. Melalui jerih payahnya, kesemua 5 wilayah telah diinjili, dan sebuah pekerjaan misi dimulai di setiap dari 5 wilayah tersebut . Ia menambahkan 2 wilayah lagi dalam rencananya. Nenek Brand bersikeras bahwa hasil yang luar biasa ini adalah pekerjaan Tuhan, bukan hasil kerja kerasnya.

Dimanapun ia berada ia mengabarkan tentang Kristus. Ketika berada di rumah sakit dengan patah pinggul, ia mengayuh kursi rodanya sendiri dari kamar ke kamar (atau berlari di atas karpet!) dan berbicara dengan pasien yang lain. Ia menggambar pemandangan untuk mereka. Tulangnya sembuh dalam waktu yang sangat cepat, dan Evie langsung kembali ke pegunungan untuk memerangi para penanam marijuana.

Ketika anaknya Paul, mengunjunginya di pegunungan, ia menemukan ibunya terlihat lebih muda. Senyumnya menjadi semakin cerah, dan mengubah seluruh penampilannya. “Beginilah caranya untuk menjadi tua,” ia menulis “Melepaskan semua yang ada, sampai yang kau lihat di sekelilingmu hanyalah kasih.”

Nenek Brand mengalami kerobekan pada beberapa ligamennya dan harus turun dari pegunungan untuk dirawat. Sebelum ia bisa kembali ke pegunungan yang ia cintai, perkataanya menjadi berantakan dan daya ingatnya juga menjadi sangat berkurang. Tujuh hari kemudian pada 8 Desember 1974, ia meninggal dunia. Hari berikutnya jasadnya dibawa kembali ke pegunungan dan dibaringkan di sebelah kuburan Jesse dan banyak orang menangisinya.

Wanita yang telah dikatakan terlalu tua untuk India, meneruskan pelayanannya untuk 24 tahun setelah itu, melayani hampir sampai hari-hari terakhir hidupnya.

Apakah Anda bersedia melakukan apapun yang dibutuhkan dan memberikan semuanya untuk memenangkan jiwa yang terhilang bagi Kristus? Lalu seperti Evie Brand, letakkanlah tanganmu di tangan orang yang dapat menenangkan air dan ikutlah kemanapun Yesus membimbingmu.

[Putra Evie, Paul Brand, menjadi seorang ahli bedah terkenal, ia juga mengembangkan cara-cara baru untuk merawat penderita sakit lepra. Bersama Phillip Yancey, ia menulis Fearfully and Wonderfully Made (Dijadikan secara dahsyat dan ajaib) dan In His Image (Dalam Gambar dan Rupa-Nya), 2 buku yang membandingkan tubuh manusia dengan tubuh Kristus. Paul Brand juga menulis The Gift of Pain (Anugerah dari Rasa Sakit) dan God’s Forever Feast (Perjamuan selamanya dengan Allah)].

 

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment