Dari Pembunuh Kini Jadi Pemberita Injil- Steven Mamahit

Steven Mamahit, pria bertato ini menjalani hukuman selama 14 tahun penjara karena kasus pembunuhan. Siapa sangka perbuatan tersebut justru membuatnya dihantui penyesalan yang begitu mendalam.

Sel penjara telah merampas kebebasannya. Bukan saja tidak bisa kemana-mana, tapi perlakuan tak menyenangkan terhadap para tahanan membuat Steven tak betah. 

“Saya ingat pertama kali saya menerima jatah makanan, saya ingat waktu itu pagi-pagi. Kita antri begitu panjang dan pada saat saya mendapat bagian, ambil jatah makanan saya air mata saya langsung jatuh. Saya lihat hanya ada nasi segumpal baru tempe bakar dan sayur kangkung,” kenang Steven.

Steven mulai dihantui rasa cemas akan berapa lama ia harus hidup dengan cara seperti itu. Apalagi mengingat masa hukumannya saat itu masih belum ditetapkan oleh pengadilan.

Namun apa daya, sebagai tahanan Steven harus rela menjalani kehidupan serba terbatas selama belasan tahun di dalam penjara. 

Pencarian Surga dan Neraka

“Di dalam sel itu, saya renungin gini. Saya sudah membunuh orang, menghilangkan nyawa orang, bahkan melukai banyak orang. Saya tahu hidup itu bukan hanya di dunia ini. Saya tahu ada kehidupan setelah di dunia ini. Saya tahu ada surga dan neraka waktu itu. Saya berpikir gini, “Masih bisa selamat apa gak ya? Tuhan masih bisa ampuni apa gak?”” ungkapnya.

Perenungan ini pun menghantarkan Steven pada banyak pemikiran-pemikiran. Bahkan di sisi lain dia mulai menyesali perbuatannya. Namun apa hendak dikata, semuanya sudah terlanjur terjadi dan dia hanya perlu memilih antara tetap menjalani kehidupan demikian atau berubah. 

Lempar Alkitab

Setelah mengalami begitu banyak pemikiran, Steven akhirnya memutuskan untuk berubah. Dia ingin menjadi pribadi yang lebih baik. 

“Waktu itu timbul dalam pikiran saya begitu, ‘Saya mau merubah hidup dulu.’ Suatu waktu waya ambil Alkitab, saya baca, langsung saya lempar itu Alkitab. Kenapa saya lempar? Karena waktu itu hati saya seperti dijamah. Seperti ada yang sentuh,” ungkapnya.

Apa yang dibaca Steven dari dalam Alkitab benar-benar menjamah hatinya dan membuat air matanya berderai. 

“Say abaca, saya langsung nangis. Pas saya baca juga di pengorbanan Tuhan Yesus. Saya merenung, apa ini Tuhan?” jelasnya.

Semakin dia mengalami perasaan tersebut, semakin ada perasaan jika Tuhan masih memberinya kesempatan kedua. Bahwa Tuhan masih sudi mengampuni perbuatannya.

Keyakinan dalam hatinya semakin kuat, ketika Steven kembali membaca bagian kitab yang berisi tentang pengampunan Yesus terhadap orang berdosa.

“Di situ saya mulai berani bertindak untuk merubah hidup saya. Saya mulai bertindak karena mendapat keyakinan dari situ. Nah di situ saya merasa seperti ada satu kedamaian, perasaan yang penuh damai yang tidak pernah saya dapat di luar sana atau dimana-mana,” jelasnya.

Keinginan Steven untuk memperoleh keselamatan semakin kuat. Bahkan ada dorongan yang kuat untuk semakin dekat dengan Tuhan melalui ibadah dan juga kebiasaannya untuk bertanya banyak hal dari pendeta yang melayani mereka di penjara.

Bagi Steven, pola pandangnya tentang penjara berubah sepenuhnya. Jika sebelumnya dia begitu kuatir dengan apa yang dialaminya di dalam penjara, maka setelah perubahan itu dia justru bersyukur ada di dalam penjara. Karena di sanalah dia bisa mengalami dan bertemu dengan Tuhan.

“Saya sangat bersyukur sekali karena bisa diizinkan Tuhan untuk masuk penjara. Satu hal yang saya sangat syukuri itu, saya bisa mengenal Tuhan dan Dia bisa merubah hidup saya. Dia bisa mengampuni saya dan memberi jaminan saya hidup kekal,” terangnya.

Steven adalah seorang pembunuh yang harusnya tidak pantas diampuni. Namun kasih Tuhan membuktikan hal yang berbeda. Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk bertobat dan berubah sepenuhnya. Keinginan inilah yang membuat Tuhan menaruh iman percaya bahwa dosa-dosanya sudah diampuni.

“Puji Tuhan karena anugerah Tuhan, saya mendapatkan kesempatan bebas bersyarat. Pada tanggal 9 April 2008 saya dibebaskan dan setelah keluar dari penjara, saya memiliki kerinduan untuk memberitakan kabar baik,” ungkapnya.

Kebebasan yang dialami Steven secara pribadi menginspirasinya menjadi pemberita injil. Dengan kerinduan agar orang lain juga bisa menerima keselamatan seperti dirinya.

Tentu saja ini adalah kesaksian hidup yang begitu memberkati banyak orang. Kisah Steven mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu memberi kita kesempatan kedua jika kita sungguh-sungguh bertobat.

Sumber : Solusi TV | Jawaban.com

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.
Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.
Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.
Untuk kalangan sendiri.

Leave a Comment