ELANG DAN ANAK AYAM

Jauh di atas pegunungan Lawu, hiduplah sepasang elang. Mereka berdua tidak terpisahkan, kemanapun elang jantan pergi maka ikut jugalah sang elang betina. Setelah musim kawin selesai mereka berdua bekerja sama membuat sarang mereka yang kelak akan dipakai untuk tempat mereka menetaskan telur. Namun sayang, tak lama setelah elang betina mengerami telurnya, ada segerombolan manusia yang melakukan penebangan liar. Keberadaan manusia tersebut mulai mengancam pasangan elang. Akhirnya elang jantan pun berinisiatif memindahkan telur yang sedang dierami ke gunung yang lain. Tetapi di tengah perjalanan salah satu telur tersebut jatuh di sebuah hutan. Untung saja telur tersebut tidak pecah, namun demikian pasangan elang tadi tidak menyadari satu dari telur-telur mereka telah terjatuh.

Tak lama kemudian seekor induk ayam menemukan telur tersebut dan mengeraminya bersama dengan telur-telur yang ia miliki. Tak lama kemudian menetaslah seluruh telur tersebut, termasuk telur elang tadi. Hari demi hari anak elang tadi mulai menjalani hidup di tengah-tengah para ayam. Semua kebiasaan, sifat dan perilaku ayam mulai merasuk dalam diri anak elang tadi.

Suatu hari ada seekor elang lain yang bermaksud memburu ayam-ayam tersebut. Tetapi elang tersebut kaget ketika melihat ada anak elang di kumpulan ayam tersebut. Setelah diamati dari kejauhan pada hari lain elang tadi menghampiri anak elang tersebut dan menjelaskan bahwa dia bukan bagian dari ayam-ayam itu.

Anak elang tersebut pun menyadari hal tersebut dan memutuskan untuk ikut bersama dengan elang dewasa. Tetapi semua sudah terlambat. Karena terlalu lama berada di kumpulan ayam, anak elang tersebut mewarisi sifat ayam yang tidak berani menghadapi badai, takut pada ketinggian dan justru lebih senang berada dalam sarangnya.

Sebagai orang Kristen, kita diciptakan sesuai gambar dan citra Allah. Artinya, kita pun memiliki karakter yang sama dengan sang Pencipta. Namun demikian pengaruh dunia di mana kita tinggal perlahan-lahan mengikis karakter asli kita, sehingga bukannya kita yakin  dan mempercayai kuasa Tuhan, tetapi justru kita merasa khawatir, takut menghadapi masalah dan lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam zona nyaman kita, seperti halnya anak elang yang berada hidup di antara anak ayam. Sehingga seringkali kita goyah menghadapi masalah dan tekanan hidup.

Oleh karena itu, kita sudah diajar oleh banyak kebenaran, sehingga kita perlu menjaga dan menyadari citra Allah yang diberikan kepada kita dengan cara tidak menjadi serupa dengan apa yang ada di sekeliling kita, sebab di dalam Lukas 10:13 dikatakan bahwa “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepadamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.”

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Roma 12:2

 

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber : www.renungankristiani.com

Leave a Comment