Hidup ini Bukan Milik-ku

Saya mau bersaksi tentang kesetiaan Tuhan.

Sejak pensiun, saya berusaha untuk tidak makan siang karena aktivitas saya sudah tidak banyak dan juga supaya bisa lebih kurus.

Pada tanggal 15 Mei 2008, sekitar jam 2 siang, entah mengapa saya merasa sangat lapar. Mungkin karena saya baru meminum Vitamin. Jadi, saya mengeluarkan nasi sisa dari kulkas dan memasukkan sedikit sop panas ke dalamnya supaya saya dapat langsung memakannya.

Setelah dua sendok, tiba-tiba saya merasa susah untuk menelan. Saya tersedak! Tenggorokan saya sakit dan saya mulai tidak dapat bernapas. Dengan cepat saya berusaha untuk minum air karena pikir saya pasti bisa membantu, tetapi ternyata keadaan saya menjadi semakin parah. Saya menjadi semakin kesulitan untuk bernapas. Karena saya sendirian di rumah pada waktu itu, saya berjalan ke arah jendela untuk coba berteriak meminta pertolongan; mungkin tetangga saya dapat mendengar saya. Saya membuka mulut tetapi sama sekali tidak ada suara yang keluar!

Di saat itu saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Dalam keadaan bingung dan pasrah itu,  tiba-tiba saya merasa ada satu pukulan yang keras dari punggung saya. Begitu keras sehingga makanan yang tersedak itu langsung terkeluar dari tenggorokan saya, jatuh ke lantai dan langsung terlontar keluar lewat jendela dan jatuh ke taman. Bayangkan betapa besar kuasa yang memukul punggung saya itu!

Pikiran pertama yang terlintas di benak saya pada waktu itu adalah, “Ah, saya baru saja mengepal lantai!”

Namun di detik yang bersamaan satu hal yang lain terlintas di benak saya, “Dari mana datangnya pukulan yang kencang tadi? Siapa yang memukul saya?” Di saat itulah saya sadar, itu TUHAN. Tidak ada seorang pun yang ada di rumah. Suami dan anak saya sudah berangkat pergi sejak pagi dan masih belum pulang. Dengan segera hati saya dibanjiri oleh ucapan syukur. Saya bersyukur kepada TUHAN yang maha pemurah; Ia telah menyelamatkan saya dari maut. Karena waktu saya berjalan ke jendela itu saya sudah hampir tidak dapat bernapas lagi.

Peristiwa itu menyebabkan saya merenungkan tentang kehidupan saya. Saya merasa bahwa saya masih melakukan banyak hal menurut cara saya sendiri dan saya tidak menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Mengapa saya tidak dengan segera berseru kepada DIA? Malahan, saya berusaha untuk menyelesaikan dulu dengan cara saya.

Selama ini Tuhan selalu ada di samping saya; mengapa sampai saya mengabaikan Dia?

Saya datang kepada Tuhan dan meminta pengampunan dari Dia.

Hidup saya bukan di tangan saya sendiri; hidup kita ada di dalam tangan Bapa Surgawi kita yang maha pemurah.

Sekarang saya menjadi semakin sadar bahwa hidup yang ada di dalam tubuh ini adalah pemberian dari Tuhan, dan saya hanyalah pengurus yang ditugaskan untuk menjaga kesehatan saya agar hidup ini dapat dipakai oleh-Nya.

Saya membuat ikrar baru kepada Tuhan. Saya berjanji untuk semakin melayani Dia dan akan selalu rela dipakai oleh-Nya demi kemuliaan nama-Nya. Pada waktu itu saya benar-benar sudah berada di ajang maut, dan saya memandang diri saya sebagai orang yang sudah mati dan telah dibangkitkan ke dalam suatu hidup yang baru. Dan saya mau bertekad untuk menjadikan hidup baru saya ini sebagai suatu kesaksian yang indah untuk memuliakan Dia.

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment