Ibu adalah wanita yang sangat cantik

Hidup saya dipengaruhi oleh satu figur besar yang melampaui siapapun. Dia adalah Ibu saya, yang dikenal dengan Granny Brand.  Di masa tuanya, hampir tidak ada sisa-sisa kecantikan pada dirinya – saya mengatakan hal ini dengan penuh kasih. Sewaktu ia masih muda, ia adalah seorang wanita yang memiliki kecantikan klasik – saya ada foto untuk membuktikannya – tapi kecantikan itu memudar di usia tuanya. Kondisi kehidupan di pegunungan India yang keras, ditambah dengan perjuangan melawan tipus, disentri, dan malaria menjadikannya seorang wanita tua yang kurus dan bungkuk. Bertahun-tahun di bawah terik sinar matahari dan hembusan angin pegunungan membuat kulit wajahnya menjadi kering, kasar dan berkeriput. Saya tidak pernah melihat wajah orang lain yang memiliki keriput lebih banyak dibandingkan wajah Ibu saya. Dia lebih tahu dari siapapun akan penampilan fisiknya yang demikian- dan untuk alasan inilah, dia dengan keras menolak untuk menyimpan cermin di rumah.

Di usianya yang ke-75, Ibu jatuh saat melayani di pegunungan di selatan India dan mengalami patah pada tulang pinggulnya. Sepanjang malam ia terbaring kesakitan di atas lantai sebelum diketemukan oleh seorang pekerja pada keesokkan paginya. Dibutuhkan 4 orang untuk mengangkatnya dengan tandu yang dibuat dari tali dan kayu untuk berjalan menyusuri  jalan berlikuk dari pegunungan menuju dataran rendah. Dari situ Ibu ditempatkan diatas mobil jip dan menempuh perjalanan sejauh 240 Km melewati jalan yang tak beraspal. (Dia pernah menempuh perjalanan ini sebelumnya, setelah beliau jatuh dari kuda dengan kepala terlebih dulu di sebuah jalan pegunungan yang berbatu, dan pernah mengalami lumpuh sebagian pada bagian kaki di bawah lututnya.)

Setelah kejadian itu, saya segera mengunjungi Ibu di rumahnya di pegunungan yang temboknya dibangun dari tanah liat. Saya datang untuk membujuknya untuk pensiun. Di waktu itu, Ibu hanya bisa berjalan dengan bantuan dua tongkat yang terbuat dari bambu yang lebih tinggi dari dirinya. Dan pada saat berjalan, ia harus mengangkat tinggi kedua kakinya yang sudah lumpuh untuk mencegah kakinya terseret di lantai tiap kali ia melangkah. Setiap langkah terlihat begitu menyakitkan. Namun dia tetap terus pergi berkeliling dengan menunggangi seekor kuda dan bermalam di desa-desa untuk memberitakan Injil dan merawat orang sakit serta menawarkan jasa mencabut gigi penduduk desa.

Saya memberikan begitu banyak alasan untuk memaksa ibu agar ia mau pensiun. Tidak lagi aman bagi dirinya untuk tinggal sendirian di desa yang begitu terpencil. Sekiranya terjadi sesuatu, dibutuhkan perjalanan selama satu hari untuk mencari bantuan. Dengan keseimbangan ibu yang tidak lagi sempurna,  ditambah dengan kelumpuhan pada kakinya, ia seringkali jatuh dan membutuhkan pertolongan medis. Ibu telah mengalami patah di tulang belakang dan tulang rusuknya, juga sakit di pusat syaraf tulang belakangnya, gegar otak, tulang paha yang retak, dan infeksi yang sangat parah pada tangannya. “Bahkan orang-orang terbaik juga pensiun dikala mereka mencapai umur 70-an,” Saya berkata sambil tersenyum. “Mengapa Ibu tidak datang ke Vellore dan tinggal di dekat kami?”

Lalu Granny akan melontarkan argumen-argumen yang mengatakan hal itu adalah omong kosong dan akan berkomentar tentang siapa yang akan melanjutkan pelayanannya? Tidak ada orang lain di pegunungan itu yang akan mengabarkan Injil, mengobati yang terluka dan mencabut gigi. “Bagaimanapun,” katanya di akhir percakapan, “Apalah gunanya menjaga tubuhku yang sudah tua ini jika tidak dipergunakan dimana Allah membutuhkannya?” 

Maka tetap tinggallah ia disana. Delapan belas tahun kemudian, pada usia sembilan puluh tiga, Granny dengan terpaksa harus merelakan kebiasaan dirinya untuk berkelana dengan duduk di atas kuda poninya karena ia telah terlalu sering jatuh. Penduduk desa di India yang setia mulai membawanya di atas sebuah tandu dari satu kota ke kota lainnya. Setelah masa pelayanan selama dua tahun sejak saat itu, ia meninggal di usia sembilan puluh lima. Sesuai permintaanya, Granny dikubur dengan berbalutkan sebuah kain yang tidak lagi baru dan tanpa peti mati. Ia membenci akan ide menyia-yiakan kayu yang dibuat untuk peti mati. Ia sekaligus ingin menyimbolkan dirinya yang telah meninggal kembali ke tanah namun rohnya dibebaskan.

Salah satu kenangan terakhir dan terkuat yang saya miliki tentang Ibu saya adalah sebuah desa di pegunungan yang sangat ia cintai, mungkin saat terakhir saya melihatnya di dalam lingkungannya. Ia sedang duduk di atas tembok batu yang rendah yang mengelilingi desa, dengan orang-orang berdesakan dari segala arah. Mereka sedang mendengarkan semua yang hendak ia katakan mengenai Yesus. Kepala mengangguk-angguk penuh harapan, kerumunan orang banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan keingin tahuan mereka. Mata Granny yang  berair terlihat begitu bersinar, dan berdiri disampingnya, saya dapat melihat apa yang sedang ia lihat melalui matanya yang semakin menurun secara fungsi: wajah-wajah antusias yang menatap dengan penuh percaya dan kasih pada orang yang mereka mulai kasihi.

Meskipun saya memiliki kemudaan, kekuatan, pengetahuan yang sangat baik akan kesehatan dan teknik agrikultur , saya tidak akan dapat memaksakan kesetiaan dan cinta kasih yang demikian dari orang-orang di desa itu. Mereka sedang melihat wajah seorang wanita tua yang telah keriput, namun entah bagaimana tubuh Granny yang semakin mengerut ini menjadi semakin transparan dan dirinya  seperti roh yang bersinar.  Bagi mereka, Granny sangatlah cantik.

Granny Brand tidak memerlukan sebuah cermin yang terbuat dari kaca dan khrom yang dipoles; dia telah memiliki wajah dari beribu-ribu penduduk desa yang berpijar. Penampilan dirinya yang telah memudar malah membuat pandangan tentang Tuhan bersinar melaluinya seperti sebuah mercu suar.

 

 

 

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment