Seperti kebanyakan ibu-ibu, Mama cenderung orang yang loyal dalam hal berbelanja. Ketika ia menyukai sebuah tempat perbelanjaan, maka Mama akan selalu mendatangi tempat itu terus menerus. Suatu hari, saya bertanya kepada Mama, “Ma, ada mall baru loh yang buka di jalan itu. Nggak mau nyoba kesana aja, Ma?”
Mama mengangguk, kami pergi memutar menuju mall baru tersebut. Sesampainya disana, belum masuk saja Mama sudah bertanya “mau pulang kapan?” yang artinya Mama nggak nyaman buat disana berlama-lama.
“Ya udah Ma. Yuk ke mall yang biasanya aja,” ucap saya. “Mama tuh nggak suka disana, lha wong mau parkir saja ribet harus muter-muter begitu.” Mendengar komentar Mama, saya membalasnya “Loh kan di mall yang biasa juga sama, Ma. Malah perlu putar balik.” “Nggak ya, mall biasa itu ada pak parkirnya yang bantuin nyebrang sekalian bantuin cari parkir.”
Saya terdiam. Alasan Mama selalu memilih mall tempat biasa selama bertahun-tahun hanya karena ada pegawai yang bantu kami mencari tempat parkir yang pas sekaligus membantu kami menyeberang seusai belanja. Saya nggak habis pikir gimana bisa pelayanan seorang pegawai bisa menentukan loyalitas seorang pelanggan seperti Mama.
Ketika kuliah, saya mengambil jurusan manajemen. Ada satu materi yang mengingatkan saya dengan kebiasaan Mama saya ini, yaitu materi mengenai customer focus dalam mata kuliah MSDM atau manajemen sumber daya manusia. Customer focus artinya adalah mengutamakan pelanggan dalam keadaan apapun.
Sebenarnya, petugas ini tidak berkewajiban untuk membantu kami menyeberang, mereka hanya membantu mengamankan area parkir atau memindahkan motor-motor yang parkirnya berantakan. Tapi pegawai disana seakan sudah menanamkan nilai customer focus sehingga mereka bersedia meninggalkan tempat untuk membantu kami menyeberang.
Jarang lho ada orang yang mau melakukan apa yang bukan menjadi pekerjaannya. Namun, ia ingin memberikan pelayanan lebih terhadap pelanggan. Padahal, kalau dilihat-lihat, ia pasti kelelahan karena harus mondar mandir hanya untuk membantu para pelanggan mendapatkan tempat parkir terbaik dan selamat ketika menyeberang.
Keadaan ini mengingatkan kita bahwa terkadang kita hanya mau melayani orang lain yang memberi keuntungan terhadap kita. Kalau kita lihat ada orang yang membutuhkan, kita cuek bebek dengan mengalihkan pandangan kita pada layar handphone.
Padahal, jelas sekali kalau Alkitab mau kita untuk melayani dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Seperti apa yang tertulis dalam Amsal 24:29, “Janganlah berkata: “Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya.”
Kita sebagai anak Tuhan yang telah menerima didikan dari Roh Kudus seharusnya bisa lebih menerapkan nilai melayani ini. Buang sikap tah acuh kita, kemudian mulai peka terhadap sekitar sehingga kita bisa dikenal sebagai orang Kristen yang memiliki kemurahan hati.
Dengan demikian, orang yang ada disekitar kita akan melihat betapa kasih Tuhan ada di dalam kehidupan kita. Kiranya kita bisa menjaga hidup kita untuk selalu berkenan bagi Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Bukankah itulah panggilan kita sebagai seorang Kristen?
Sumber : jawaban.com
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.