Keluarga Idamanku

Oleh: Michelle O
(Artikel asli dalam Bahasa Inggris: What My Ideal Family Looks Like)

Aku selalu berharap terlahir sebagai orang Eropa, sehingga aku bisa memiliki mata yang besar dan indah, serta rambut berwarna coklat terang. Idealnya aku ingin menjadi anak bungsu yang punya dua kakak laki-laki, tercatat sebagai siswa salah satu sekolah internasional di sebuah negara di wilayah Asia, tempat ayahku bekerja sebagai seorang diplomat. Aku ingin memiliki nama barat yang terdengar anggun, seperti “Ella Rosewood”. Aku akan menghabiskan liburan musim panasku di luar negeri, dan kembali ke Asia hanya pada saat sekolah dimulai. Aku berharap keluargaku tinggal di sebuah rumah yang indah, dengan pekarangan hijau yang luas, sebuah kolam renang yang ukurannya sama dengan kolam renang untuk pertandingan Olimpiade, serta punya banyak asisten rumah tangga, mulai dari supir hingga tukang kebun.

Dalam kehidupan nyata, aku adalah seorang Asia tulen. Rambutku hitam legam, dan mataku tidak sebesar yang kuharapkan. Marga Tionghoa-ku berarti “raja” atau “King” dalam bahasa Inggris, tetapi bila aku mengubah namaku menjadi Michelle King, aku pasti dianggap tidak menghormati leluhurku. Aku memiliki seorang adik perempuan, dan kami sangat dekat satu sama lain. Aku menghabiskan sebagian masa kecilku di Malaysia sebelum kami sekeluarga kemudian pindah ke luar negeri. Dan aku melakukan berbagai pekerjaan di rumah sendiri, alias tidak memakai jasa asisten rumah tangga.

Kebanyakan di antara kita memiliki impian tentang seperti apa keluarga ideal yang ingin kita miliki. Ada yang mendambakan sebuah keluarga tradisional—suami mencari nafkah sementara isteri di rumah menjaga anak-anak—sementara yang lain menginginkan keluarga modern yang punya sumber pendapatan ganda (suami dan isteri sama-sama bekerja). Ada yang tidak ingin direpotkan dengan urusan anak, tetapi ada pula yang justru berharap punya banyak anak agar dapat mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

Sayangnya, kita hidup dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Bukannya memiliki keluarga yang ideal, kita menemukan diri kita bergumul menghadapi dampak dari rusaknya hubungan-hubungan kita, kenyataan bahwa pasangan kita tidak setia, pertengkaran dengan saudara gara-gara harta warisan, atau kabar buruk yang memberitahu bahwa kita tidak bisa punya keturunan.

Kita semua rindu menjadi bagian dari sebuah keluarga, dikasihi dan diterima. Kerinduan yang sangat wajar, karena kita memang diciptakan untuk memiliki hubungan satu sama lain. Allah membentuk kita untuk dapat memiliki hubungan dengan-Nya, dan kapasitas ini tercermin dalam kecenderungan kita mencari pasangan yang sempurna, sahabat yang terbaik, atau kelompok minat tertentu. Kita ingin bisa diterima seutuhnya, lengkap dengan segala kelemahan kita.

Betapa Firman Allah menghibur kita dengan memberitahukan bahwa Allah telah memanggil kita sebagai anak-anak-Nya, dan Dia menantikan kita datang untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya.

Ketika kita menerima undangan Allah untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya, kita menerima Roh yang baru: “…kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’” (Roma 8:15).

Bayangkan betapa luar biasanya bisa memanggil Pencipta jagat raya ini dengan sebutan “Bapa”. Dan sebagai anak-anak-Nya, kita dipelihara seperti biji mata-Nya (Mazmur 17:8)!

Ketika kita memiliki hubungan pribadi dengan Allah, kita dapat tenang mengetahui bahwa Bapa kita di surga mengasihi kita lebih dari orangtua kita di dunia mengasihi kita. Dia akan selalu menyertai kita, bahkan dalam saat-saat yang paling sulit.

Keluarga seperti apa yang kamu idamkan? Allah memanggilmu hari ini, apa pun latar belakang ras, agama, status sosial dan finansialmu, untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Dia mengasihimu dengan kasih yang kekal, dan ingin agar kamu menjalani hidup bersama-Nya selalu. Maukah kamu datang kepada-Nya?

Sumber: warungsatekamu.org

Leave a Comment