Ketika Saudara Seiman Mengganggumu

Oleh Joshua, Malaysia
Artikel asli dalam bahasa Mandarin: 当你对某位弟兄或姐妹感到恼怒时…

Di mana terdapat relasi, di sana selalu ada gesekan—bahkan juga relasi di dalam gereja. Satu alasan mengapa kita merasa terganggu oleh saudara seiman kita sebenarnya sederhana: kita mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu.

Aku memahami hal ini. Saat ini aku tinggal serumah dengan seorang saudara seiman. Kami juga kerap tidak cocok—kadang karena hal-hal kecil. Contohnya, temanku merasa aku mandi terlalu lama dan mengeluh karena itu bisa membuat biaya bulanan menjadi semakin mahal. Kadang, dia terganggu ketika aku meninggalkan piring kotor di tempat cuci piring. Sekali waktu dia menunjukkan ketidaksukaannya dengan kelakuanku, dia mengatakan bahwa dia kecewa karena harus terus mengingatkanku hal-hal yang sama berulang kali. Tapi meskipun demikian, dia tidak pernah sekalipun berdebat denganku atau marah denganku. Aku sangat menghargainya yang selalu dengan sabar menjelaskan hal-hal apa saja yang membuatnya tidak senang.

Mungkin kamu pernah mengalami situasi yang mirip, ketika kamu menjadi marah atau kecewa karena beberapa hal yang dilakukan oleh saudara/saudari seimanmu di dalam Kristus. Pada momen-momen tersebut, adalah bijak untuk kita mengingat apa yang Rasul Paulus katakan di dalam Efesus 4:26: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Kemudian, ada pula sebuah panggilan untuk kita mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri (Matius 22:39), yang seharusnya mengarahkan kita untuk berdamai. Selain itu, kalau kita tidak menyelesaikan ketidaksenangan yang kita alami dengan saudara-saudari kita, kita akan menjadi tercerai-berai dan tidak dapat menyembah Tuhan di dalam satu kesatuan.

Jadi apa yang dapat kita lakukan ketika kita kecewa dengan saudara-saudari kita?

1. Doakan relasi kita

Ini adalah sebuah hal yang paling jelas kelihatan dan paling butuh kita lakukan. Carilah bimbingan Tuhan, mintalah Dia untuk menghilangkan emosi-emosi negatif yang kita alami, dan carilah penghiburan dan kekuatan dari firman-Nya. Ketika kita menyerahkan relasi-relasi kita kepada Tuhan, Dia akan memimpin kita dalam mengambil keputusan atau melakukan hal-hal yang menyenangkan-Nya. Aku percaya bahwa dengan anugerah Tuhan, kita dapat memiliki relasi yang baik satu sama lain.

2. Nyatakan dengan jujur dan terbuka satu sama lain

Ketika temanku mengatakan dengan terbuka tentang beberapa kebiasaan burukku yang mengganggunya, dia memberikanku kesempatan untuk menjelaskan kejadian tersebut dari sudut pandangku—kadang aku juga bisa jadi pelupa. Sejak saat itu, dia mencoba mengingatkanku dengan lembut setiap kali aku lupa mencuci piring-piring kotor, untuk membantuku membuang kebiasaan burukku. Hal ini telah membantu kami untuk hidup harmonis.

Seringkali, komunikasi yang terbuka adalah kunci dari sebuah relasi yang baik. Dengan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” menjadi dasar motivasi kita, kita dapat berusaha menyelesaikan masalah-masalah kita melalui komunikasi. Mari kita menolong teman-teman kita untuk mengerti bagaimana tindakan mereka telah membuat kita tersinggung—dan sebaliknya—dan saling berikan kesempatan kepada satu sama lain untuk menjadi lebih baik dan memperbaiki tindakannya.

Pada saat yang sama, kita juga perlu berusaha untuk mendengarkan dari sudut pandang orang lain dan menaruh diri kita dalam sepatu mereka. Selama proses tersebut, kita perlu menjadi bijak dan menyampaikan perasaan kita dengan baik, seperti apa yang Amsal 25:11 katakan, “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Kiranya Tuhan melembutkan hati kita dan menolong kita untuk saling memahami satu sama lain sehingga kita dapat membangun relasi yang memuliakan Dia.

3. Carilah perdamaian

Selain memberitahu perasaan kita, kita juga perlu menunjukkan keinginan kita untuk berdamai dengan lawan kita. Ini harus lahir dari ketaatan dan kasih kita kepada Yesus. Artinya, kita perlu tetap rendah hati dan menghindari menggunakan kata-kata kasar dan menuduh orang lain, yang mungkin berakibat hilangnya kesempatan kita untuk menjalin sebuah relasi yang baik.

Mari ingatlah selalu bahwa lawan kita juga membutuhkan waktu untuk berubah; apa yang dapat kita lakukan adalah memahami mereka dan menjadi sabar selama waktu-waktu tersebut.

4. Ingatkan dirimu bahwa kamu dan temanmu adalah sama-sama pengikut Kristus yang telah diselamatkan oleh anugerah

Tidak ada seorang pun yang sempurna, termasuk orang-orang Kristen. Kita semua adalah para pendosa yang telah diselamatkan oleh anugerah, dan itulah mengapa setiap kita dapat berdosa kepada Tuhan atau kepada sesama kita. Dan meskipun kita mungkin melukai dan mengganggu satu sama lain, kita masih adalah sesama saudara di dalam Kristus. Ketika kita mengerti hal ini, perbedaan-perbedaan yang ada di antara kita tidak akan lagi terlihat sebagai perbedaan-perbedaan yang tidak dapat didamaikan.

5. Awasi lidahmu

Ketika seorang saudara seiman mengganggumu, ambillah waktu untuk memutuskan apakah kamu harus bereaksi atau diam. Ini akan memberikanmu waktu untuk mencari Tuhan terlebih dahulu dan menilai apakah responsmu sesuai dengan kehendak-Nya. Itu juga membantu untuk mencegah konflik-konflik. Selama waktu ini, sangat penting untuk mengawasi apa yang kamu katakan. Pengamsal berkata, “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya” (Amsal 17:27-28).

Sebagai orang Kristen, marilah kita berusaha sebaik mungkin untuk mencari kesatuan di dalam Tuhan sehingga kita dapat memuliakan Dia. Kiranya Dia memberikan kita kebijaksanaan dan mengajarkan kita bagaimana kita dapat menyelesaikan konflik-konflik kita dengan orang lain.

“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” (Efesus 4:1-3)

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment