Melangkah dalam Pelayanan dengan Kaki Iman

Untuk berjalan, Pdt. Theophilus Santoso Pikanto harus ditopang dua tongkat. Kedua kakinya perlu disanggah dengan brace karena lumpuh. Tuhan tidak menyembuhkan penyakitnya. Namun, kaki imannya justru semakin kuat. Ia berkeliling mewartakan Injil.

Pemberontak
Kedua kaki saya terserang polio sejak umur 3 tahun karena terlambat diimunisasi. Agar bisa berdiri, kedua kaki saya dikasih besi (brace). Kondisi tersebut membuat saya jadi pemberontak. Meskipun bukan dari keluarga Kristen, sejak SD saya ikut Sekolah Minggu. Kami diajari kalau Tuhan itu kasih. Tetapi, saya katakan
bohong. Kalau Tuhan Mahakasih, masa Tuhan tidak mampu mencegah virus polio itu? Waktu itu saya protes keras. Namun, kasih Tuhan luar biasa.

Ketika SMA kelas 2, saya diajak teman mengikuti Pekan Pembinaan Rohani (PPR) selama 5 hari di Simongan, Semarang. Saya mau ikut karena ingin punya banyak teman. Di situlah saya dipanggil Tuhan. Seorang hamba Tuhan menunjuk saya di tengah 700-an anak muda. Dia katakan, “Tuhan Yesus mengasihi kamu bukan karena kamu cacat, tapi karena dosamu terlalu penuh!” Saat itulah saya bertobat. Kalau Tuhan masih mau menerima saya, saya nyerah.

Dosa saya memang bejibun: menantang Tuhan, guru Sekolah Minggu, dan guru di sekolah. Kalau kolekte, saya kasih biji sawo kecik. Setelah puji-pujian saya nyelonong ke pastori, mencuri ikan di kolam. Di sekolah saya selalu nyontek, dan itu terus terang. Tapi guru tidak berani menegur saya karena kasihan dan selalu diluluskan. Jiwa saya penuh pemberontakan. Tapi Tuhan itu baik. Dalam kondisi itu Tuhan bawa saya
dalam pertobatan.

Pelayanan dan Pergumulan
Sejak bertobat saya terpanggil melayani Tuhan. Titik tolaknya adalah saya sudah mendapatkan anugerah
keselamatan dan hati saya rindu orang lain juga diselamatkan. Saya mulai mencari jiwa, memperkenalkan
Kristus pada setiap orang yang belum mengenal-Nya. Banyak teman saya yang tahu tadinya saya ndugal kaget
melihat saya mulai memberitakan kasih Tuhan sehingga banyak jiwa dimenangkan. Orang-orang cacat juga
banyak yang dimenangkan. Mereka yang minder jadi bersemangat.

Ketika pelayanan mulai berkembang, saya juga membimbing jiwa-jiwa itu agar imannya bertumbuh. Hati saya semakin menggebu-gebu untuk melayani. Saya juga menginjil ke kota-kota, desa-desa, SMA-SMA, dan kampus-kampus di Yogyakarta. Fokusnya mencari jiwa dan membimbing mereka agar semakin bertumbuh imannya.

Dalam studi saya juga makin semangat karena semakin mengerti kehendak Tuhan. Setelah lulus SMA, saya meneruskan kuliah Bahasa Inggris di Sanatha Dharma dan Manajemen di Atma Jaya Yogyakarta. Saya ingin hidup ini berguna bagi Tuhan dan sesama. Bahkan tahun 1981 saya sekolah Teologi di Parakletos. Tapi
sifatnya seperti kursus di malam hari.

Cita-cita saya seperti Rasul Paulus. Setelah belajar bahasa Inggris dan manajemen, saya mulai buka les privat dan peternakan ayam untuk menopang hidup dan pelayanan. Saat itu saya masih memberi les, tapi banyak
yang tidak membayar karena sifatnya sosial. Di situ saya diajar Tuhan agar jangan berharap kepada manusia.

Hidup berharap pada Tuhan bukanlah hal mudah. Firman Tuhan ini sungguhan, tidak? Saya butuh kenyataan, bukan ajaran baik. Saya bosan dengan ajaran baik. Saya cacat begini bisa hidup layak, nggak?

Tuhan buktikan janji-Nya. Ia memberkati saya secara materi. Bahkan memberikan teman hidup, Lim Swie
Ling sebagai istri. Kalau iman kita hidup, Tuhan memberi pengharapan masa depan yang cerah. Setelah
melihat bukti pemeliharaan Tuhan, adik dan orangtua saya bertobat. Itulah kasih Tuhan yang ajaib.

Ingin Jemaat Menikmati Janji Tuhan
Tahun 1997 saya diminta ibu gembala membantu pelayanan di gereja cabang di Jl. Diponegoro (cabang dari GPdI Jl. Hayam Wuruk, Yogyakarta) sebagai pengerja, staf gembala. Sepeninggal bapak gembala, jemaat merosot tinggal 15 orang karena tidak tergembalakan. Artinya, jemaat yang memiliki masalah tidak terselesaikan.

Sebagai langkah awal saya mulai dengan mengadakan doa tiap Jumat dari pukul 18.00 – 19.00 WIB. Kegiatan ini dimulai dengan 7 orang. Kini menjadi kebaktian doa dan diikuti 100-125 orang. Jemaat pun bertumbuh hingga 250-275 orang, tapi tidak bisa ibadah bersamaan karena tempat tidak mencukupi.

Kerinduan hati saya hanya satu: ingin jemaat menikmati janji Tuhan. Artinya, ingin mereka berhasil. Saya belajar firman Tuhan, setelah mengerti jalannya, itulah yang saya sampaikan. Mempraktikkan
firman Tuhan dalam kehidupan setiap hari sehingga rumah tangga yang berantakan menjadi baik kembali. Orang yang bekerja menjadi semangat ketika bekerja sehingga produktivitas meningkat.

Tantangan Orang Miskin dan Orang Kaya
Problem yang dihadapi dalam penggembalaan banyak. Misalnya, jemaat yang miskin. Saya ingin dia menikmati apa yang Tuhan janjikan, minimal kehidupan sehari-harinya tercukupi. Kemudian meningkat
jadi berkelimpahan sehingga dia bisa menolong orang lain. Tetapi, tidak semua bisa menerima pengajaran ini.

Kesulitannya: mentalitas orang miskin yang selalu minta belas kasihan. Tapi, yang mau diajar pasti berhasil dan dia bisa mengajari yang lain. Itu kerinduan saya sehingga saya tidak kerja sendirian.

Masalah kedua, mengatur orang kaya. Saya tidak ingin orang kaya menguasai gereja. Itu tidak gampang. Masalah juga pada diri kita. Saya melayani di GPdI kan tidak ada gaji tetap. Orang pelayanan kan tidak pasang tarif? Sementara saya juga perlu uang untuk makan, menyekolahkan kedua anak saya, dsb.

Saya dilatih oleh Tuhan untuk tidak berharap pada orang lain. Kalau perlu sesuatu, saya masuk kamar, berdoa.
Kebutuhan materi harus tercukupi. Dan, itu sangat nyata sehingga saya berani tegas dengan orang kaya. Kamu
punya uang, bagus. Tetapi, kalau mau berkorban harus tulus. Jangan ngatur. Itu butuh mematikan daging. Orang kaya harus belajar menghormati Tuhan dan pemimpin. Kalau mau berkorban harus rendah hati sehingga mereka bisa menjadi berkat.

Kaki Iman
Dari perjalanan hidup dan pelayanan saya, jelas sekali bahwa rencana Tuhan itu dahsyat. Tidak semua orang sakit itu harus sembuh karena Dia punya rencana. Itu yang sering tidak semua orang mengerti.

Semula saya juga malu memberitakan firman Tuhan. “Dirimu sendiri aja pakai tongkat kokmemberitakan firman Tuhan,” batin saya. Tetapi, waktu itu saya ditegur oleh seorang hamba Tuhan. “Kamu ingat Tuhan Yesus? Waktu di atas kayu salib, Dia tidak berkutik apa-apa. Dia membiarkan diri-Nya disalib. Waktu disuruh turun dari kayu salib, Dia  juga diam,” ujarnya. Hamba Tuhan itu mendorong saya. “Serahkan dirimu pada Tuhan, layani Dia, hidupmu akan diberkati,” tambahnya.

Ada hamba Tuhan lain juga mengatakan, “Kalau kamu cacat kena polio itu tidak masalah. Asalkan kaki
imanmu bisa berdiri tegak dan sanggup melangkah, pasti beres!” Itulah janji Tuhan. Memang luar biasa dan dahsyat Tuhan kita.

Tetap Menginjil
Gereja sekarang ini takut kalau disuruh cari jiwa, menginjili orang-orang yang belum kenal Tuhan Yesus. Malahan banyak gereja mengundang jemaat gereja lain. Saya tidak mau itu. Saya tetap cari jiwa.

Pernah sewaktu menginjil di kampung Juminahan, Yogyakarta, saya dihadang sejumlah pemuda kampung. Kenapa? Karena waktu saya datang, perjudian di kampung itu berhenti. Mereka yang ikut judi bertobat.
Mereka yang tidak suka, bergerombol menghadang saya. Tapi, tiap kali mereka menghadang, saya jalan aja sambil permisi. Anehnya, mereka membiarkan saya lewat.

Saya mau mengundang orang-orang yang belum kenal Yesus, lalu membimbing mereka supaya hidupnya
menjadi indah dalam Tuhan.

(Sugiyanto)
Pdp. Theofilus Santoso Pikanto adalah staf gembala di GPdI Cabang Jl. Diponegoro,Yogyakarta

 

Sumber: ebahana.com

Dalam keberdosaan dan kelemahan kita, karya Allah sempurna untuk menolong kita. Diluar Allah, kehidupan manusia hanya sementara dan sia-sia. Oleh karena itu kita Allah mengundang kita untuk memasuki kehidupan baru bersamaNya melalui Yesus Kristus. Dengan mengenal Yesus, kita akan mengenal Allah yang menciptakan kita dan juga menerima ajakan untuk memiliki hubungan denganNya.

“Yesus menjawab, “Akulah jalan untuk mengenal Allah dan untuk mendapat hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Aku.”
( Yohanes 14:6 )

Jika Anda mengalami kesaksian yang luar biasa dalam hidup Anda, silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment