MENEMUKAN KEBAHAGIAAN

Saya yakin bahwa kita semua ingin berbahagia. Tetapi di mana dan bagaimana mencarinya? Ada yang mencari kebahagiaan berjalan-jalan ke gunung atau ke pantai. Ada yang mengejar kebahagia dengan cara mencari pasangan, ada yang mencari gelar pendidikan. Ada banyak hal yang manusia lakukan untuk menemukan kebahagiaan itu.

Ada yang menghubungkan kebahagiaan dengan pernikahan, meskipun menikah tidaklah identik dengan bahagia. Juga sering kita berpikir alangkah bahagianya kalau kita punya barang ini dan itu. Tetapi ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda tersebut tidak memberi kebahagiaan. Untuk mencapai kebahagiaan itu, kita kemudian menetapkan beberapa kriteria, tetapi masalahnya apakah kriteria itu yang dimaksudkan Tuhan Yesus atau yang kita maksudkan sendiri?

Kata “berbahagia” menunjuk kepada kesejahteraan semua orang. Karena pada dasarnya kebahagiaan merupakan hak azasi setiap orang (Siapa pun dia, apa pun pekerjaan dan keyakinannya, apa pun bahasa, bangsa dan warna kulitnya) berhak mendapatkan kebahagiaan. Namun dalam kenyataan, tidak semua orang mampu merasakan dan menikmati kebahagiaan di dalam hidupnya. Sebab kebahagiaan sejati hanya milik mereka mereka yang sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan. Sehingga kemiskinan bukan alasan untuk tidak bisa menikmati kebahagiaan; dan sebaliknya, kekayaan bukanlah standart kebahagiaan sejati. Jikalau demikian Yesus tidak akan mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah”.

Ketika Matius menggunakan kata “miskin” ini, bukan dalam makna material; melainkan makna spiritual atau rohani, suatu sikap merendahkan hati dan diri di hadapan Allah karena kesadaran bahwa di hadapan Allah –manusia tidak memiliki apa-apa dan tidak ada apa-apanya, dan bahwa segala sesuatunya adalah berkat dan anugerah dari Tuhan. Dan karena itu dengan kerendahan hati agar kerajaan Allah ada dalam hati dan kehidupan mereka.

Sesungguhnya, orang kaya menghadapi godaan lebih besar untuk lebih cinta uang daripada cinta Tuhan sehingga akhirnya memilih meninggalkan Yesus! Orang kaya dengan segala kekayaannya lebih mudah terpikat untuk mengandalkan hartanya ketimbang mengandalkan Tuhan, cinta harta ketimbang cinta Tuhan. Dan akibatnya banyak orang kaya binasa karena kekayaannya.

Dari sini kita menangkap maksud Yesus waktu Dia berkata: Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Tidak peduli apakah seseorang benar-benar miskin atau kaya secara materi, tetapi miskin secara rohani dimana dia sungguh sadar bahwa harta, pengaruh, posisi, dan kehormatan tidak ada apa-apanya di hadapan Allah dan bahwa semua itu berasal dari Allah dan harus digunakan untuk memuliakan Allah; mengandalkan Tuhan dan bukan hartanya, maka orang itu adalah orang yang miskin di hadapan Allah dan sekaligus menjadi orang yang berbahagia.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga

Matius 5:3

 

 

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber : www.renungankristiani.com

Leave a Comment