Mengelola Uang dan Mengelola Hati

Oleh: Helen Clays

Siapa tidak butuh uang? Uang adalah alat tukar yang digunakan dalam transaksi untuk mendapatkan barang di dunia ini. Semua orang membutuhkannya, termasuk kita, para pengikut Kristus. Kerap, uang menjadi ukuran status sosial seseorang. Makin besar jumlah uang yang dimiliki, makin seseorang dipandang kaya dan terhormat, demikian pula sebaliknya. Tak heran, banyak orang terjerumus dalam jerat “cinta uang”. Uang menjadi segala-galanya dalam hidup. Uang mengendalikan sikap dan perilaku orang. Uang menjadi penentu apakah seseorang merasa bahagia dan berarti dalam hidup, atau tidak. Padahal, bukankah uang adalah alat tukar semata? Aku pernah mendengar nasihat, “Peralatlah uang, jangan diperalat oleh uang”. Kupikir ini nasihat yang sangat baik. Kita diciptakan Tuhan untuk menjadi pengelola yang baik dari segala sesuatu dalam dunia ciptaan-Nya (Kejadian 1:28). Itu artinya kita pun dipercaya untuk mengelola uang yang sangat penting peranannya dalam hidup di dunia modern ini.

Aku sendiri masih terus belajar untuk mengelola uang dengan baik. Dari apa yang Tuhan izinkan aku punya setiap bulan, aku berusaha mendisiplin diri untuk memberi perpuluhan (10% dari uang yang aku dapatkan), memberi bantuan atau diakonia kepada sesama yang membutuhkan (juga 10%), dan menabung (10%). Aku ingin menaati apa yang dikatakan Firman Tuhan dalam hal:

1. Memberi perpuluhan
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan …” (Maleakhi 3:10)

2. Memberi diakonia
“Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberi tumpangan” (Roma 12:13)
“Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.” (2Kor.8:14)

3. Rajin menabung untuk mencukupi kebutuhan hidup
Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu (Ams.10:5)

Praktiknya memang tidak mudah. Kadang ada saja rasa “kurang”, dan ingin memberi lebih sedikit. Padahal sebenarnya, kalau dihitung-hitung, aku masih punya 70% bagian yang bisa kupakai. Mengapa masih merasa tak cukup? Tenyataaaa…. cara kita mengelola uang bisa menolong kita makin mengenali kecenderungan hati kita, apa yang menurut kita paling penting dalam hidup ini. Sikap kita terhadap uang mencerminkan sikap kita terhadap Tuhan. Ada saatnya kita mungkin berusaha dengan sangat ketat menjaga uang kita, berhemat luar biasa, bahkan tak sudi berbagi dengan sesama yang membutuhkan, karena selalu khawatir akan berkekurangan. Kita mengeluh bahwa orang lain selalu mendapat lebih banyak dan kita selalu mendapat lebih sedikit. Tanpa sadar kita membatasi Tuhan, seolah Dia tak sanggup memberkati kita. Kita lupa bahwa sesungguhnya Dialah Sumber segala sesuatu. Sebaliknya, ada pula saat-saat ketika kita menggunakan uang kita tanpa pikir panjang untuk hal-hal yang tidak penting, lalu mengeluh saat kekurangan uang, memohon Tuhan untuk segera bertindak menolong kita. Tanpa sadar kita memperlakukan Tuhan seperti “mesin atm”, tapi kita lupa bahwa Tuhan-lah Pemilik harta kita sesungguhnya, dan kita harus mempertanggungjawabkan penggunaan uang kita kepada-Nya.

Pastinya peringatan yang diberikan Firman Tuhan bener banget: “akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1Tim.6:10). Untuk belajar mengelola uang, kita pertama-tama perlu belajar mengelola hati. Kita perlu memeriksa bagaimana sikap hati kita sesungguhnya terhadap Tuhan. Kita perlu terus menjaga agar cinta kita kepada Tuhan tidak dikalahkan oleh cinta kita kepada uang. Kita perlu terus dekat dengan Tuhan, giat belajar Firman-Nya, agar kita memiliki kepekaan dan hikmat dalam mengelola uang kita. Ingatlah bahwa uang tidak dapat membeli hidup kekal bagi kita. Tetapi, kita dapat menggunakan uang kita untuk hal-hal yang bernilai bagi kekekalan.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment