Mukjizat yang Paling Besar

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah buku dengan judul yang menarik” ‘Seeking Signs and Missing Wonders (Mencari Tanda-tanda dan Mujizaat Yang Hilang)’. Buku ini ditulis oleh Pendeta Geoffrey Lay, seorang Pendeta Wilayah di Longstanton, dekat cambridge, Inggris. Hal yang spesial dari pendeta wilayah ini adalah bahwa dia orang buta. Dia tidak buta dari  lahir. Tadinya dia memiliki mata yang sehat sperti orang lain. Namun tiba-tiba penglihatannya memburuk sejak dia berusia 21 tahun. Kerusakan penglihatannya disebabkan oleh msalah genetik. Tampaknya masa depan menjadi suram buat dia ketika menginjak usia 21 tahun. Kehidupannya berubah karena dipenuhi oleh penderitaan. Setelah dia menikah, dia kehilangan anak perempuannya saat baru berusia lima bulan; sang bayi mengalami masalah di otak dan anggota tubuh lainnya. Akan tetapi, semua ujian dan prahara ini tidak menggoyahkan pandangannya tentang Allah, Pencipta Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Malahan, dia menjadi semakin bertekad untuk mencari Allah dan akhirnya menjadi seorang pendeta wilayah dengan karunia penyembuhan di lingkungan Church of England.

Tentu saja, sangatlah wajar jika kita menebak bahwa orang yang cacat akan mencari kesembuhan bagi apapun cacat yang dia derita. Tentu menjadi hasrat hatinya untuk bisa disembuhkan secara ajaib, jika memang memungkinkan. Itulah sebabnya mengapa Pelayanan yang melibatkan karunia kesembuhan sering memikat banyak orang, terutama mereka yang lumpuh, sakit dan cacat. Namun sayangnya, kenyataan yang ada, tidak banyak dari mereka yang benar-benar disembuhkan. Sebagian tercatat mengalami kesembuhan setelah menghadiri kebaktian rohani semacam ini, namun kemudian jatuh sakit lagi dengan penyakit yang sama juga. Baik Pendeta Lay maupun saya tidak menyangkal akan adanya kesembuhan yang ajaib. Namun semua kasus itu merupakan pengecualian, bukannya peristiwa lazim. Dan kebaktian rohani yang dikaitkan dengan karunia penyembuhan bisa jadi malah menyesatkan dan sering berakibat munculnya kepahitan karena kekecewaan, bukannya menghasilkan kesembuhan berdasarkan kuasa Allah.

Apakah tanda-tanda, mukjizat dan keajaiban masih terjadi di zaman sekarang? Bisakah orang percaya dari kalangan awam mengalami atau mengadakan keajaiban atau mukjizat? Saya pernah menonton film berjudul ‘Third Miracle (Mukjizat Ketiga)’. Film ini dilandasi oleh perdebatan mengenai layak atau tidaknya seseorang ditetapkan menjadi santa (saint) di dalam lingkungan Katholik. Dalam film ini, ada seorang perempuan yang sudah meninggal dan diusulkan untuk menjadi santa. Pihak gereja mendapat laporan tentang berbagai ‘keajaiban’ yang pernah diadakan oleh perempuan ini berikut laporan kehidupannya yang dikatakan dicurahkan sepenuhnya bagi amal ibadah. Perempuan ini meninggal di usia 40 tahunan. Pihak Gereja lalu memeriksa semua bukti yang disajikan oleh para pengusul mengenai berbagai keajaiban atau mukjizat yang pernah diadakan oleh perempuan ini. Setiap isi laporan berikut bukti-buktinya diteliti dengan sangat cermat dan ketat mengenai validitats, faktualitas dan keandalannya. Setiap peristiwa yang dilaporkan harus mendapat dukungan kesaksian paling tidak dari dua orang dan catatan medis tentang mereka yangmendapat kesembuhan juga diuji. Melalui berbagai pemeriksaan yang ketat, sebagian besar mukjizat yang dilaporkan gagal mendapat pengesahan kecuali dua peristiwa yang memang tak terbantahkan. Akan tetapi, agar dapat dikukuhkan sebagai santa, jumlah minimal mukjizat yang diadakan dan terbukti nyata adalah tiga.. Itulah sebabnya mengapa film ini diberi judul ‘Third Miracle (Mukjizat Kteiga)’.

Jelaslah bahwa mengikuti standar yang ditetapkan oleh Gereja Katholik, tentu akan sukar sekali bagi seseorang untuk bisa dikukuhkan sebagai santa. Menurut uraian dari kamus Webster, miracle (keajaiban atau mukjizat) adalah peristiwa yang terjadi dengan tidak mengikuti hukum alam. Jika seseorang mengalami hal yang luar biasa, hal yang berada di luar jangkauan kemampuan usaha manusia, hal itu bisa disebut sebagai mukjizat atau keajaiban. Akan tetapi, peristiwa supernatural tersebut harus ditopang oleh keberadaan saksi mata dan rekaman medis agar bisa diterima oleh dewan di lingkungan Gereja Katholik. Namun, sekalipun kita mungkin tak akan pernah dikukuhkan sebagai santa, bukan berarti kita tidak bisa mengalami mukjizat. Pada akhirnya, tentu saja Allah yang akan menetapkan tentang kudus atau tidaknya seseorang.

Saya pernah mengalami banyak pengalaman luar biasa. Malahan, iman saya dikuatkan oleh banyaknya pengalaman-pengalaman rohani ini. Adalah lebih faktual dan realistis bagi saya untuk mempercayai realitas Allah daripada menyangkal keberadaanNya. Saya hanya akan menyajikan dua peristiwa di dalam tulisan ini untuk menunjukkan keterlibatan saya dalam peristiwa-peristiwa ajaib dan saya harap semua ini nanti bisa menguatkan iman anda semua.

1) Peristiwanya di sekitar tahun 1994, saat menjelang Natal. Istri saya, Kathleen dan saya sama-sama menyukai buah-buahan dan Australia termasuk penghasil buah-buahan yang terbaik di dunia. Suatu senja, kami memakan beberapa buah segar. Malam harinya dia merasa mual dan mulai muntah-muntah; dia juga merasakan sakit perut yang luar biasa. Dia lalu minum obat dan pergi tidur. Namun dia hanya bisa bergulingan di kasur akibat rasa sakit yang luar biasa. Dan dia juga terkena demam. Kami menduga bahwa dia keracunan makanan.

Pada hari berikutnya dia tidak pulih juga, sehingga pada sorenya kami putuskan untuk pergi ke dokter. Karena kami memiliki visa bekerja, kami tidak termasuk dalam jaminan kesehatan pemerintah Australia. Tindakan paling murah yang bisa dilakukan dalam menghadapi masalah ini adalah dengan mendatangi dokter kandungan. Biayanya hanya AU$ 8 per tahun untuk terdaftar dalam proyek keluarga berencana di Australia.

Ketika dokter kandungan selesai mendengarkan uraian Kathleen tentang gejala yang dia alami, dokter menyuruh saya untuk segera membawa Kathleen ke rumah sakit karena dia menduga adanya infeksi atau bisa juga pembengkakan organ pencernaan. Ini jelas masalah besar. Dokter tidak bisa memastikan masalah yang dihadapi. Bisa jadi masalah usus buntu atau masalah infeksi di usus.

Biaya rawat inap di rumah sakit sekitar AU$ 800 per hari. Ini jelas merupakan angka yang terlalu besar buat kami, terutama jika dibandingkan dengan penghasilan kami. Lalu kami coba mencari dokter lain di pusat layanan kesehatan milik pemerintah. Ongkos berobat di sini sekitar AU$ 28. Kali ini, setelah mendengarkan uraian gejala dari Kathleen, dokter bahkan tidak merasa perlu untuk memeriksanya. Dia langsung berkata bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa dan mendesak agar kami segera pergi ke rumah sakit. Lalu kami pergi ke rumah sakit terdekat.

Malangnya, saya tidak begitu hapal dengan rambu-rambu jalan di Australia. Pintu keluar dari jalan tol menuju rumah sakit ternyata terlewati dan saya akhirnya justru bergerak meninggalkan rumah sakit jauh di belakang. Pada saat yang sama, rasa sakit yang diderita Kathleen semakin parah saja. Dia tidak bisa duduk lebih lama lagi di dalam mobil sehingga saya tidak bisa lagi memikirkan cara bagaimana supaya bisa sampai ke rumah sakit. Dia menginginkan agar kami segera pulang saja supaya bisa beristirahat di rumah. Begitu kami tiba di rumah ada telepon dari seorang saudari dari gereja. Dia sedang menghadapi suatu persoalan penting dan membutuhkan konsultasi segera dengan kami.

Kami lalu menemui saudari tersebut di sebuah pujasera untuk membahas persoalannya. Saat dia melihat Kathleen, dia segera merasakan rasa sakit yang diderita Kathleen. Dia lupakan persoalannya dan bergegas ingin membawa Kathleen ke rumah sakit. Dia tahu persoalan keuangan kami dan menjamin bahwa dia yang akan membayar ongkos rumah sakit. Kami sangat menghargai kebaikannya tetapi Kathleen lebih memilih untuk menunggu sehari lagi untuk memastikan apakah keadaannya bisa membaik. Lalu saudari ini mendesak kami untuk mendatangi dokter keluarganya. Namun saat itu hari sudah senja sehingga kami putuskan untuk mendatangi dokter tersebut keesokan harinya saja.

Satu hari lagi berlalu dan rasa sakit Kathleen masih belum hilang juga. Dia juga masih muntah-muntah dan demam, jadi kami putuskan untuk mendatangi dokter keluarga dari saudari itu. Dokter ini juga seorang Kristen yang baik. Setelah memeriksa Kathleen dan mendengarkan uraian gejalanya, dia juga menyarankan kami untuk pergi ke rumah sakit secepatnya. Dokter ini juga menduga bahwa masalah tersebut disebabkan oleh infeksi atau pembengkakan organ pencernaan yang, jika tidak dirawat segera, bisa menjadi parah dan membahayakan jiwa. Saya dan Kathleen akhirnya memutuskan untuk menyerahkan persoalan ini ke dalam tangan Tuhan, namun jika kondisi Kathleen tidak membaik maka kami tidak punya pilihan lain lagi kecuali membawanya ke rumah sakit. Saat itu, sudah tiga dokter yang sampai pada kesimpulan dan rekomendasi yang sama. Namun kami serahkan perkara ini ke tangan Tuhan.

Saya sangat mengagumi ketahanan dan kesanggpuan Kathleen menahan sakitnya. Saya sudah coba menyarankan dia untuk ke rumah sakit saja, namun dia berkeras untuk menunggu. Kami ingat akan ayat Alkitab di dalam Mazmur 25:3

Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu.’

Malam itu, Kathleen berbaring di atas ranjang; dia masih sangat kesakitan. Saya juga merasa pedih melihat dia menghadapi rasa sakit yang nyaris tak tertahankan. Saya berlutut di sisi ranjang, menumpangkan tangan dengan lembut di bagian perutnya, dan saya mulai berseru kepada Tuhan untuk memohon pertolongan. Saya curahkan segenap hati saya di dalam kepedihan dan permohonan kepada Tuhan untuk menyembuhkan Kathleen. Saat itu saya berdoa agar terjadi mukjizat. Setelah selesai berdoa, saya lihat Kathleen sudah tidur lelap. Sambil berlutut di samping ranjang mengamati dia tertidur lelap, saya menangis karena dia sudah beberapa malam tidak mampu tidur akibat rasa sakit tersebut.

Ketika saya bangun keesokan paginya, saya segera melihat ke arah Kathleen dan ternyata dia juga baru bangun. Saya tanyakan bagaimana keadaannya. Dia menoleh dan menatap saya, senyum terlihat di wajahnya. Dia membertahu bahwa Tuhan sudah menjawab doa kami. Semua rasa sakit sudah sirna dan dia merasa sangat sehat setelah tidur semalaman. Dia beritahu saya bahwa ketika saya sedang berdoa, mendadak saja dia merasa seprti ada yang meledak di dalam perutnya. Dia menggambarkan seperti ada balon yang tiba-tiba meletus akibat tekanan. Dia segera merasa pulih dan kemudian jatuh tertidur. Saya terkesima dan menanyakan sekali lagi apakah dia benar-benar merasa sudah baikan. Dia meyakinkan saya akan hal itu dan kemudian bangkit turun dari ranjang. Gerakannya terlihat sangat lincah dan tidak ada tanda-tanda kesakitan. Kami saling berpelukan dan memanjatkan pujian kepada Allah.

2) Peristiwa yang satunya terjadi di bulan Desember 1999, di dalam sebuah perjalanan pelayanan di Indonesia. Waktu itu kami sudah dua hari di Indonesia. Pada malamnya, kami mengikuti ibadah dengan sebuah kelompok persekutuan doa. Setelah ibadah, salah satu anggota kelompok tersebut menyampaikan kabar tentang seorang nenek, 78 tahun, yang sudah dirawat di rumah sakit selama 3 bulan. Kondisinya dikabarkan sudah kritis, dan dia bersama keluarganya ingin menjalani baptisan. Akan tetapi, ketika mereka berkonsultasi dengan pendeta di gereja mereka, sang pendeta menolak untuk membaptis nenek ini karena pendeta hanya mau menjalankan baptis selam. Si nenek jelas tidak akan mampu menjalani baptis selam. Mereka merasa kecewa dan putus asa. Saat itu salah satu anggota persekutuan doa bertanya apakah saya bersedia menjalankan ibadah baptisan. Dengan senang hati saya penuhi permintannya. Saat itu sudah larut malam. Lalu kami berdoa bersama-sama memohon kepada Allah untuk memberi kesempatan beristirahat yang cukup buat si nenek supaya dia bisa siap untuk menerima baptisan besok paginya.

Pagi berikutnya kami pergi ke rumah sakit. Kami bicarakan proses baptisan dengan pihak keluarga si nenek. Kami kagum mendapati bahwa nenek ini mampu berbahasa Mandarin. Dengan demikian saya bisa mengarahkan dia untuk mengikuti proses baptisan dengan kosa kata Mandarin saya yang terbatas. Hal ajaib lainnya adalah bahwa pada malam sebelum baptisan, penyakit nenek ini berkembang parah, namun pada pagi harinya dia terlihat sangat siap. Anak perempuannya menceritakan bahwa nenek ini sebenarnya adalah orang yang sangat sehat walaupun usianya sudah tua. Akan tetapi, beberapa waktu sebelumnya dia sempat meminta tolong kepada seorang dukun dan sang dukun meminta nenek itu untuk membayar sejumlah uang. Si nenek menolak untuk membayar. Kemudian si dukun memberitahu dia bahwa dia akan menanggung akibat yang sangat parah jika tidak mau membayar sampai batas waktu yang ditentukan. Dan si nenek benar-benar sakit keras setelah tanggal yang ditentukan itu terlewati. Penyakit itu tidak dapat disembuhkan dan kondisinya semakin memburuk saja. Dari sini saya memahami bahwa penyakitnya disebabkan oleh roh jahat.

Saya mendapat kesempatan untuk menyampaikan Injil kepada si nenek dalam bahasa Mandarin dengan bantuan rekan sekerja dari Indonesia. Saya instruksikan dia untuk membuang segala macam bentuk penyembahan berhala dan hanya percaya kepada Allah saja. Nenek itu memahami apa yang saya maksudkan dan dia menanggapi ucapan saya dengan anggukan. Saya lal melanjutkan upacara baptisan atas nenek tersebut. Tiba-tiba, saya mendapat dorongan dari Roh untuk mendoakan kesembuhan atas penyakitnya. Lalu saya tanyakan bagian mana yang paling sakit, dan saya tumpangkan tangan ke perutnya. Dia bereaksi sangat keras, seluruh tubuhnya gemetar sambil menggumamkan sesuatu. Saya tidak mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu. Anaknya lalu memberitahu saya bahwa bagian yang saya sentuh adalah bagian yang paling sakit yang membuat dia mengoceh tidak karuan. Tentunya dia merasa sangat kesakitan.

Saya minta maaf kepadanya sambil meyakinkan dia bahwa saya akan melanjutkan doa bagi kesembuhannya. Saya tumpangkan tangan sekali lagi ke bagian tersebut dan melanjutkan doa sementara dia mengoceh kesakitan. Saya berdoa agar kuasa Roh Kudus membebaskan dia dari belenggu kuasa roh jahat dan agar Tuhan berbelas-kasihan memberi dia kesembuhan. Selesai saya berdoa, dia terdiam beberapa lama. Ketika anaknya menanyakan keadaannya, dia belum bisa menjawab karena mulutnya masih tertutup masker oksigen. Dia terlihat sangat terkejut dan heran. Kami tidak mendesak dia untuk menjawab karena kami harus pergi ke pertemuan penting lainnya sebelum berangkat meninggalkan Indonesia keesokan paginya.

Setelah kami kembali ke Sydney, kami menerima kabar dari rekan sekerja kami bahwa nenek ini telah diijinkan pulang dari rumah sakit pada hari berikutnya. Bahkan para dokter terkesima. Diagnosa para dokter mulanya memperkirakan bahwa nenek ini akan meninggal tak lama setelah mengalami koma pada malam sebelum baptisan itu. Mereka yang menjadi saksi pada saat pelepasan itu menyatakan bahwa itu adalah suatu mukjizat. Puji Tuhan! Setelah kesembuhannya yang ajaib, suaminya yang beragama Buddha dan anak bungsunya yang tidak percaya menjadi Kristen juga.

Apakah kasus-kasus di atas bisa dianggap sebagai mukjizat? Apakah saya memerlukan terjadinya mukjizat ketiga untuk bisa dikukuhkan sebagai seorang santo? Tak dapat disangkal lagi bahwa semua itu adalah peristiwa yang luar biasa dan saya yakin bahwa banyak dari antara anda yang dapat bersaksi tentang pengalaman rohani anda yang ajaib. Tentunya, kita tidak memerlukan lembaga ciptaan manusia untuk menyetujui atau menolak pengalaman ajaib yang kita jalani. Pengukuhan yang paling penting adalah yang berasal dari Allah saja.

Yang paling utama adalah bahwa mukjizat terbesar yang bisa dialami oleh seseorang bukanlah kesembuhan jasmani, sekalipun sampai membangkitkan orang mati dari kubur. Mukjizat terbesar adalah kehidupan anda yang diubahkan dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Hidup yang berakar dan berlandaskan pada kasih Kristus dan iman yang tak tergoyahkan sekalipun menghadapi banyak pertentangan dari luar. Inilah satu-satunya mukjizat yang anda perlukan agar Tuhan berkenan menerima anda sebagai orang kudus. Tidak ada mukjizat yang lebih besar dari “siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang  (2 Ko.5:17).

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment