Pengorbanan yang Langka

Demi siapa Anda rela mati? Jika Anda harus membuat suatu keputusan, demi siapa Anda rela mati – tanpa keraguan dan keberatan? Bagi kebanyakan dari kita, daftarnya sangat pendek. Orang tua, anak-anak, suami atau istri dan mungkin satu atau dua teman baik. Tapi mungkin itu saja. Saat saya merenungkan hal ini, daftar saya sangat pendek. Lagi pula, jawabannya kepada pertanyaan ini tidaklah pasti, kita tidak akan tahu sampai saatnya tiba, dan kita berdoa kita tidak akan pernah berada di posisi sedemikian. Tetapi bagaimana jika Anda berada dalam situasi demikian?

Kita semua pernah membaca tentang kisah di mana seseorang menyerahkan nyawanya untuk menyelamatkan seorang yang lain. Minggu ini saya membaca kisah tentang kecelakaan di pertambangan. Dua pria terperangkap di dalam tambang. Mereka mempunyai dua masker oksigen tetapi satu telah pecah karena runtuhan tembok tambang. Yang satu berkata kepada yang satu lagi, “Pakailah yang ini. Engkau mempunyai istri dan anak-anak. Saya tidak punya siapa-siapa. Saya bisa pergi. Engkau harus tinggal.” Yang satu dengan rela hati mati agar yang satu lagi bisa hidup.

Di saat kita mendengar kisah seperti itu, kita merasakan seolah-olah kita sedang berada di tanah kudus. Pengorbanan sedemikian sangatlah langka. Pengorbanan ini digambarkan oleh Roma 5.7  Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Memang ini hal yang besar tetapi kasih Allah jauh lebih besar lagi.

Allah melangkah jauh melampaui apa yang dapat kita lakukan – mengorbankan nyawa kita untuk orang lain. Tak terlintas di benak kita untuk melakukan apa yang Dia lakukan. Keajaiban Injil bukanlah bahwa Kristus mati bagi kita – walaupun itu sudah cukup ajaib. Keajaibannya adalah bahwa Kristus mati bagi kita saat kita masih dalam dosa, masih tidak saleh, masih tidak berdaya dan masih menjadi musuh Allah! Ia mati bagi mereka yang menyalib-Nya. Ia mati bagi mereka yang membenci Dia. Ia mati bagi mereka yang menolak-Nya. Ia mati bagi mereka yang bersorak ketika tangan-Nya dipaku. Kita tidak akan pernah melakukan hal yang sedemikian! Kita mungkin akan mati bagi teman-teman kita tapi tidak pernah untuk musuh-musuh kita. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Yesus bagi kita.

Suatu hari saat saya kesepian saya bertanya, “Tuhan, sebanyak mana kasih Engaku padaku?”

“Sebanyak ini,” jawab-Nya. Lalu dia merentangkan tangan-Nya, menundukkan kepala-nya dan mati.

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment