Pentingnya Punya Sahabat

Penulis: Vincent Tanzil
Ilustrator: Galih Reza Suseno

Berada bersama dengan seorang teman adalah hal yang umum kita jumpai di kampus. Pada saat mahasiswa-mahasiswa berjalan mengarungi selasar, biasanya mereka berjalan bersama satu, dua, atau beberapa orang teman. Pegawai dan dosen pun tidak jarang ditemukan sedang makan atau berjalan bersama. Berkumpul bersama dengan kawan-kawan merupakan kegiatan sehari-hari manusia pada umumnya.

Meski demikian, tidak semua orang punya teman dekat atau sahabat. Seseorang bisa memiliki teman makan bersama, teman satu kepanitiaan, teman satu program studi, teman satu kantor, bahkan banyak teman dalam media sosial, tetapi tetap merasa kesepian. Bukan kepada semua orang isi hati boleh ditumpahkan. Ada yang memahami, ada yang menghakimi. Sahabat adalah orang yang memahami ketimbang menghakimi, karena itulah kita merasa nyaman bersama dengannya. Tidak cukup hanya memiliki teman, setiap kita perlu memiliki sahabat.

Karakteristik seorang sahabat jauh lebih kompleks sekadar seorang teman biasa. Lahir dan besar di keluarga yang sama tidak menjamin sesama saudara bisa menjadi dekat satu sama lain. Orang yang kelihatannya riang dan hangat di kampus tidak selalu sama riangnya ketika berhadapan dengan saudara-saudaranya. Terkadang sahabat yang baru kita temui di kampus, organisasi atau tempat kerja, malah bisa menjadi lebih dekat dan cocok ketimbang saudara yang tinggal seatap. Sahabat seperti inilah yang bisa menjadi “lebih karib daripada seorang saudara” (Amsal 18:24b).

Memiliki sahabat adalah hal yang sangat penting. Ini esensial. Ini prinsip kehidupan. Saking pentingnya persahabatan, kitab Amsal sampai mengatakan untuk memelihara hubungan tidak hanya dengan sahabat kita, tetapi juga dengan para sahabat orangtua kita. “Jangan kau tinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang. Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh” (Amsal 27:10). Tidak selalu kita tinggal dekat dengan saudara, karena itu sangatlah baik apabila memiliki seorang yang dekat pada saat kesulitan. Tentu para mahasiswa dan pegawai yang berasal dari luar daerah sangat memahami situasi semacam ini.

Sahabat yang selalu ada di setiap waktu adalah bagian hakiki dari kehidupan. Pun demikian, penulis Amsal tampaknya menyadari adanya bahaya jika orang berpuas saja dengan sahabat yang selalu hadir, karena sangat mungkin kita hanya akan memilih sahabat yang mirip dengan kita, yang selalu sependapat dengan kita, dan yang tidak pernah memberikan masukan kepada kita. Sahabat yang demikian dapat membuat kita merasa senang, namun tanpa sadar ia membiarkan kita menuju kerusakan. Sebab itu, penulis Amsal berkata, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah” (Amsal 27:5-6). Maksudnya apa? Memiliki seorang sahabat yang tidak sekadar memahami kita tetapi juga berani mengonfrontasi kekeliruan kita jauh lebih berharga ketimbang banyak teman tanpa kedalaman hubungan. Ada tipe sahabat yang menyenangkan untuk diajak berjalan-jalan bersama, bermain bersama, dan sebagainya. Akan tetapi, mereka yang bisa memberikan teguran untuk memperbaiki diri kita adalah sahabat terbaik yang bisa kita dapatkan.

Kita bukanlah orang sempurna. Kita cenderung menyukai perkataan-perkataan yang manis dan menyenangkan bagi hati dan telinga saja. Tetapi orang Kristen tidak dipanggil untuk sekadar merasa nyaman dan percaya diri. Menjadi orang Kristen tidak berarti kita akan selalu berlimpah pujian dan penguatan. Meski mendapatkan pujian dan penguatan adalah hal yang baik, tetapi bukan itu tujuan utama kita. Tujuan utama orang Kristen adalah menjadi makin serupa dengan Kristus. Untuk menjadi makin serupa Kristus, bukan sekadar pujian yang kita butuhkan. Kita juga membutuhkan nasihat, teguran, dan dorongan untuk berubah. Tuhan pun telah menetapkan salah satu sarana yang efektif: sahabat. “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Amsal 27:17).

Sahabat terbaik adalah seorang yang mengenali kita luar dan dalam. Kita tidak perlu menutup-nutupi kondisi kita yang sebenarnya terhadap sahabat yang demikian, karena kita percaya bahwa ia selalu menginginkan yang terbaik bagi hidup kita. Ia peduli, dan karenanya ia melakukan apa yang perlu untuk menajamkan kita.

Milikilah teman yang banyak, sekelompok sahabat yang akrab, dan beberapa sahabat yang saling menajamkan.

Selamat bersahabat.

 
Artikel ini terbit dalam Dwi Pekan UK Petra no.12/Thn. XXIII 5 Mei-18 Mei 2015 dengan judul Seorang Sahabat. Diadaptasi dengan izin penulis.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment