RENCANA INDAH DIBALIK KELUMPUHAN

Anak yang bertumbuh sehat dan ceria adalah harapan semua orangtua. Namun keluarga Ridwan asal Semarang ini tidak bisa merasakan kebahagiaan itu. Putrinya Evelyne yang semula sehat, tiba-tiba mengalami kelumpuhan tanpa sebab yang pasti. Kejadian yang terjadi saat Evelyne berusia 12 tahun, sangat menggelisahkan orang tuanya terutama ibunya.

Waktu itu Evelyne berusia 12 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Waktu hari itu, kami sangat terkejut sewaktu kami mendapat telepon bahwa Evelyne tidak dapat pulang dari sekolah karena badannya sulit untuk digerakkan. Evelyne lalu menjalani pemeriksaan berkali-kali dari dokter namun hasil pemeriksaan tidak menunjukkan penyakit apapun dideritanya.

Evelyne lalu menjalani pemeriksaan dan pengobatan dari berbagai dokter ahli tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Malah dari hari ke hari penyakitnya semakin bertambah parah. Melihat hal ini kedua orang tua Evelyne semakin panik dan gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Dengan berjalannya waktu, Evelyne akhirnya mengalami kelumpuhan yang total dan terus menderita kesakitan.

Saya semakin melihat anak saya semakin bingung dan sedih. Saya berpikir bahwa tidak ada pertolongan lagi untuk keadaan ini. Setiap malam dia mau tidur dan bergerak, maka Evelyne akan menangis menjerit-jerit dan teriak-teriak karena kesakitan.

Hari berganti hari, minggu berganti biru serta bulan berganti bulan tetapi Evelyne tetap tidak mengalami kesembuhan. Hal inilah yang membuat kedua orang tua Evelyne menjadi putus asa. Keadaan Evelyne bukan hanya berpengaruh pada fisiknya namun juga mengganggu jiwanya dimana perasaannya sangat tertekan karena keadaannya yang lumpuh. Saat memasuki bulan yang keempat, ia merasakan kebosanan yang dalam dan kehilangan keceriaan karena tidak dapat bermain dengan teman-teman seusianya.

Saya pernah pergi ke mall dengan menggunakan kursi roda, saat itu saya merasa malu ketika orang-orang memandangi saya. Saya sudah bosan dibawa berobat kemana-mana, sepertinya dokter tidak memberikan harapan sama sekali. Semua sudah mengangkat tangan dan mengatakan bahwa saya tidak mempunyai penyakit. Saya bosan dan malas dibawa kemana-mana, karena saat saya berjalan-jalan, saya harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Kalau saya ada dalam posisi tidur, untuk bergerak sedikit saja saya sudah tidak bisa karena rasa sakit.

Bapak Ridwan ikut menderita melihat penderitaan putrinya ini. Setiap kali anak saya menjerit kesakitan, kami sebagai orang tuanya ikut menjerit. Tapi kami tidak tahu harus berbuat apa. Saya sebagai ayahnya waktu itu tidak mau anak saya menderita rasa sakit seperti itu. Akhirnya saya katakan bahwa apapun yang terjadi akan saya lakukan, yang penting anak saya sembuh.

Karena tidak tahan melihat penderitaan Evelyne, bapak Ridwan memutuskan untuk membawa Evelyne ke dukun. Namun niat sang ayah ini ditolak dan ditentang Evelyne. Ia teringat pesan guru sekolah minggunya bahwa Tuhan Yesus yang dia sembah sanggup untuk menyembuhkannya.

Waktu itu papa bilang supaya saya dibawa ke dukun saja, lagipula dukun disini juga banyak. Tapi saya waktu itu cuma percaya satu, hanya Tuhan Yesus yang bisa menyembuhkan saya. Saya bilang pada papa, saya lebih baik mati tapi ditangan Dia. Saya tidak mau hidup saya terbuang cuma-cuma. Kalau saya harus mati dengan penyakit ini, saya mau mati ditangan Tuhan, saya tidak mau mati ditangan paranormal. Saya merasa kalau saya punya Tuhan yang hidup, saya punya Tuhan yang mampu menyembuhkan saya. Saya tidak perlu berharap pada orang lain. Saya percaya Tuhan punya rencana yang indah buat saya.

Dengan keteguhan hati Evelyne, akhirnya seluruh keluarga mengambil langkah iman untuk berseru pada Yesus dan mengadakan puasa bersama. Ketika seluruh keluarga ini berpuasa dan berseru kepada Tuhan Yesus, sesuatu terjadi!.

Kita sekeluarga sepakat mengadakan puasa bersama selama lima hari. Kita semua terus berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Ternyata kuasa Tuhan bekerja, kaki saya mula-mula tidak dapat diluruskan sama sekali tapi lama-lama kaki itu bisa lurus. Lalu saya bisa berjalan sedikit-sedikit lalu saya bisa terlepas dari tongkat pada hari kelima. Pada hari kelima itu saya merasakan badan saya sudah enak, tidak ada sakit sama sekali dan jalan sudah mulai enteng. Akhirnya saya mencoba berjalan tanpa tongkat, ternyata saya bisa berjalan tanpa tongkat, hari Minggu itu saya langsung bisa bergereja. Mulai saat itu saya tidak pernah lagi terserang rasa sakit, saya sembuh total.

Peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu itu, tidak pernah dapat dilupakan oleh Evelyne sekeluarga. Kini Evelyne dan keluarganya semakin percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup menyelesaikan segala masalah mereka.

Saya percaya melalui sakit saya, kemuliaan Tuhan ada didalam keluarga saya. Keluarga saya semakin mengenal Tuhan. Saya percaya hanya Dia yang mampu menyembuhkan saya, tidak ada illah lain dan manusia yang mampu menyembuhkan saya. Dalam Yesus segala masalah saya pasti terselesaikan.

Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi. Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran. (Hosea 6:3,6)

Sumber Kesaksian: jawaban.com

Leave a Comment