Sedih Atas Meninggalnya Sulli? Jangan Cuma Diam, Yuk Lawan Bersama Cyber Bullying!

Dunia entertainment di Korea Selatan berduka karena salah satu artis mereka ditemukan tewas bunuh diri, yaitu Sulli atau Choi Jin-ri. Duka ini tentu juga dirasakan para penggemarnya di Indonesia, banyak yang menyayangkan kepergian artis berusia 25 tahun tersebut. 

Di duga kuat, salah satu pendorong Sulli mengambil keputusan ekstrim untuk bunuh diri adalah depresi karena cyber bullying yang sudah lama ia alami, mengingat ia telah terjun dalam dunia entertainment sejak masih anak-anak.  

Salah satu bukti penguat bahwa Sulli mengalami depresi karena cyber bullying ini adalah postingannya di Instagram live dimana ia berkata, “Saya bukan orang yang jahat, katakana satu hal saja tentang saya (yang baik) karena saya pantas menerimanya.” 

Tuntutan untuk sempurna dan beratnya perjuangan untuk menjadi artis di Korea juga diduga juga menjadi salah satu penyumbang mengapa jiwa Sulli dan banyak artis Korea lainnya menjadi rapuh dan banyak yang bunuh diri. 

Menyedihkan ya? Padahal mereka ingin menggapai impian mereka, namun karena itu mereka harus mengorbankan banyak hal, termasuk kesehatan mental mereka yang berujung menghilangkan nyawa sendiri. Untuk itu kita ngga boleh anggap remeh cyber bullying ataupun masalah kesehatan mental. 

Yang perlu kamu tahu tentang cyber bullying!

Tahukah kamu  bahwa menurut penelitian bahwa pelaku dan korban cyber bullying rata-rata adalah anak muda dibawah usia 25 tahun?  Penelitian dari Oxford University dan Birmingham University terhadap 150.000 anak muda di 30 negara mengungkap hal ini. 

Bahkan menurut  Journal of Medical Internet Research, mengungkap bahwa korban cyber bullying rentan menyakiti diri sendiri hingga melakukan aksi bunuh diri. Yang menarik, pelaku malah 20 persen beresiko lebih tinggi untuk bunuh diri. 

Perlu di garis bawahi bahwa pelaku cyber bullying biasanya adalah orang-orang memiliki masalah traumatis yang hampir sama, hal itu memotivasi mereka untuk melakukan tindakan kekerasan yang sama di dunia maya, demikian penjelasan dari Paul Montgomery, seorang profesor di Birmingham University.

Korban cyber bullying tidak hanya mengalami masalah emosional tapi juga fisik

Para remaja yang jadi korban cyber bullying biasanya akan mengalami gangguan emosional dna juga fisik, seperti sulit berkonsentrasi, sulit bergaul, depresi, sakit kepala berulang-ulang dan sulit tidur. 

Selain itu mereka merasa ketakutan, berdasarkan survey satu dari empat anak remaja merasa dirinya tidak aman berada di sekolah.  Bahkan nilai akademik mereka bisa menurun drastic karena masalah ini.

Untuk itu, orang-orang yang berada di sekitar remaja atau anak muda yang menunjukkan tanda-tanda di atas tidak boleh abai. Sebab jika gangguan emosional ini tidak ditangani dengan baik, maka hal itu akan berkembang menjadi depresi dan keinginan bunuh diri. 

Menurut data dari UNICEF pada tahun 2016 lalu, sebanyak 41 hingga 50 persen remaja Indonesia yang berusia 13-15 tahun pernah mengalami cyber bullying loh. Mungkin itu bukan kamu, tapi siapa tahu dia adalah adikmu atau temanmu. 

Bagaimana menghentikan cyber bullying?

Untuk kamu yang mengalami cyber bullying, kamu harus menyadari beberapa hal ini untuk menghentikanmenghindari hal it uterus terjadi kepadamu:

1. Sadari bahwa apa yang kamu alami bukan salahmu. Jika ada orang yang terus menerus berkomentar jahat kepadamu, itu adalah bullying dan itu bukan salahmu. Tidak seorangpun boleh diperlakukan jahat seperti itu. 

2. Jangan menjawabnya atau membela diri. Kadangkala, orang yang melakukan bullying memang mencari atau menunggu reaksi kamu. Ketika kamu merasa terluka atau marah, orang itu merasa memiliki kuasa atas kamu. Jadi, jangan biarkan dia senang. Tidak usah tanggapi tulisannya!

3. Simpan untuk dijadikan bukti. Jadi, pelaku cyber bullying bisa dituntut secara hukum dengan UU ITE. Untuk itu penting kamu menyimpan gambar (screen shot) dari tulisan mereka sebagai bukti penguat. 

4. Minta orang itu berhenti, jika dia tidak mau, maka mintalah pertolongan kepada pihak yang berkompeten. Mungkin itu adalah orangtua, lembaga hukum dan mungkin teman. 

5. Blok orang tersebut dari sosial mediamu dan juga telephonemu, jadi kamu ngga perlu lagi berinteraksi dengan dia. 

6. Lindungi akunmu, pastikan kamu tidak membagikan akun dan kata sandinya kepada orang lain, sekalipun dia pacarmu. Karena jika tidak, bisa berbahaya. 

Kita tidak menginginkan kasus seperti Sulli terjadi lagi, anak-anak muda yang memiliki potensi luar biasa dan berada di puncak karirnya, hidupnya hancur bahkan nyawanya melayang karena tindakan orang-orang yang tak bertanggung jawab dalam berkomentar di dunia maya. 

Yuk, kita sebagai anak-anak Tuhan menjadi teladan dengan berkomentar positif dan membangun kepada orang lain. Kita harus jadi berkat, dan memberi dampak positif dengan alat yang ada di tangan kita. Sumber : Jawaban.com

Leave a Comment