SENGSARA MEMBAWA NIKMAT

Segala pujian dan syukur layak untuk diberikan kepada Tuhanku, Yesus Kristus yang telah menjadi gembala yang baik seperti yang tertulis dalam Mazmur 23. Dialah yang menyertai perjalanan misi ini sehingga bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan.Setelah mengadakan perjalanan dengan menumpangi pesawat Merpati, maka pada 14 Februari tepat pada pukul 13.00 wib. saya sudah tiba di bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Dan kemudian pendeta Hengky Manurung selaku ivent organizer dalam misi ini menjemput saya untuk pergi ke rumahnya.Setelah beristirahat sejenak, maka pukul 17.00 wib memulaikan misi pertama yaitu menjadi motivator untuk siswa-siswi di Sekolah Alkitab Palangkaraya. Mereka sangat bersukacita dan meresponi dengan baik kehadiran kami di sana. Selesailah hari pertama misi ini. Selasa, 15 Februari. Setelah doa pagi bersama dengan keluarga hamba Tuhan Hengky Manurung, kami bergegas menuju ke pelabuhan speedboat Palangkaraya. Waktu menunjukkan pukul 06.00 Wib. Dan kami hendak menuju ke daerah-daerah pedalaman. Hujan deras saat itu membuat perjalanan dengan speedboat ini terasa begitu dingin sekali. Tuhan sungguh baik, setelah mengadakan perjalanan air selama enam jam kami akhirnya tiba di Kecamatan Kuala Kurun. Selanjutnya karena masih ada jarak 38 km lagi untuk mengunjungi tempat pertama, maka kami menumpangi kendaraan ojek. Bagi orang kota mungkin yang terpikir ini motor-motor bebek yang keren-keren. Sesungguhnya ini adalah pengalaman menarik juga menyeramkan, karena kita naik motor tipe motorcross yang memang spesialis di medan-medan berat. Sungguh tidak terbayang oleh saya sebelumnya kalau kita akan melalui lembah-lembah yang sunyi dan gelap dan bukit-bukit yang tinggi terjal. Belum lagi banyak di temui jalan-jalan yang tidak layak sebenarnya. Tapi Puji Tuhan saya bisa mengalahkan rasa takut itu dengan memuji Tuhan. Setelah pegel-pegel di perjalanan yang memakan waktu satu setengah jam akhirnya kita sudah tiba di desa Sei Hanyo. Saya bertemu langsung dengan rekan pekerja kerajaan Allah, pendeta Seifer Lomboan yang masih berusia 23 tahun tetapi sangat antusias menjadi gembala. Saat ini ia telah mempunyai jemaat tiga kepala keluarga yang dirintisnya selama tiga bulan. Tapi ada hal yang luar biasa, setiap saat ia membuat ibadah maka yang hadir itu sebanyak 20 orang. Malam harinya pukul 20.00 wib, kami membuat KKR dan yang hadir adalah 20 orang. Puji Tuhan, ketika ditantang untuk mereka menerima Yesus Kristus sungguh-sungguh dalam hidupnya, semua mereka meresponinya. (Masyarakat di sana banyak yang masih percaya kuasa-kuasa gelap melalui adapt istiadat). Besoknya, rabu 16 Februari, setelah berdoa bersama kami menuju kolam renang terbuka (sungai). Inilah pengalaman pertama mandi di sungai yang airnya berwarnya coklat, belum lagi ada banyak MCK yang berjejer di tepi sungai. Saat saya sementara menyikat gigi, ada kotoran manusia dalam bentuk lonjong dan berwarna kuning melewati tubuh saya. Ih?jijik sekali?serasa ingin muntah karena saya menggunakan air yang sama?Mulai saat itu saya mengambil keputusan untuk tidak menyikat gigi di sungai. Ini juga pengalaman saya yang pertama mandi telanjang di depan umum (hanya pakai cd). Mau bagaimana lagi yah?inilah kebiasaan orang di sana. Sesudah mandi, kita melanjutkan pelayanan KKR pukul 08.00-10.00 Wib dan sesudah itu kita melanjutkan perjalanan menuju desa yang kedua. Perjalanan ini melintasi sungai Kapuas. Kita menggunakan perahu Klotok yang disewa Rp. 200 ribu tanpa pengemudi. Untung saja ada pendeta Steven Maleke yang bersedia mengemudi perahu. Ia sudah empat tahun melalang buana di daerah air dengan arus yang deras ini. Perasaan takut masih menghantui saya karena mungkin pengalaman pertama. Ditambah lagi kurang bisanya saya untuk berenang apalagi kalau harus menghadapi arus air yang deras sekali. Sungai yang kita lalui ini memiliki lebar 15-20 meter dengan kedalaman air 10-15 meter. Lebih kecil dari sungai Kahayan yang kita lalui dengan speedboat tadi. Ada info bahwa beberapa hari lalu empat orang pelayan dari jawa meninggal tenggelam karena perahu klotok yang mereka bawa itu tersangkut kayu. Hal ini sungguh mengancam jiwa saya. Tapi karena percaya pada Tuhan sebagai gembala yang baik, maka kami tidak mundur. Setelah mengadakan perjalanan selama 30 menit, tibalah kami di tempat pelayanan pendeta Gerfillus Sagao (24) yang masih dibangun gerejanya dengan ukuran 5 X 15 meter di desa Tumbang Sirat. Kami langsung mengadakan KKR siang yang dihadiri 17 orang. Banyak yang tidak bisa hadir karena masih ada di lading. Puji Tuhan, mereka meresponi dengan baik apa yang Tuhan katakan dalam firmannya melalui hambaNya. Setelah ibadah kami langsung bergegas untuk menuju ke tempat selanjutnya sesuai rencana karena takut kemaleman yang memungkinkan bahaya dalam perjalanan air.Air sungai itu mulai surut kurang lebih 3-5 meter. Di sinilah letak bahayanya, karena banyak batang-batang kayu yang akan mengancam lambung perahu kita. Belum lagi perjalanan kita ini berlawanan arus. Akhirnya terjadilah tantangan pertama, perahu kita tidak bisa dibelokan lagi karena stir-nya rusak. Terpaksa kami harus ekstra hati-hati berhenti di tepi sungai untuk memperbaikinya. Setelah selesai kami melanjutkan lagi, tapi ternyata kami harus mogok sampai tiga kali hanya permasalahan stir perahu ini. Kami berhenti di satu desa untuk istirahat makan siang dan sekaligus membeli baling-baling mesin perahu yang sudah mulai rusak. Perjalanan ini seharusnya hanya memakan waktu empat jam dari desa Tumbang Sirat tetapi karena kita banyak berhentinya maka kita harus rela dan siaga untuk kemaleman di perjalanan. Kita harus berjuang keras melawan arus, melihat kayu-kayu yang tersembunyi di bawah air yang berwarna coklat, dan karena sudah pukul setengah enam sore hari mulai gelap, pohon-pohon lebat membuat kita tidak bisa melihat dengan jelas lagi. Sungguh sangat berbahaya. Menyadari keadaan yang kritis seperti ini, saya bertindak untuk memuji Tuhan dan berdoa. Saya juga duduk di belakang pendeta Steven untuk menumpangkan tangan dan berdoa untuknya supaya ia diberi Tuhan kemampuan supra natural sehingga bisa melihat jalan dengan baik sekali. Saya mulai berperang dengan rasa takut saya akan kematian jika tenggelam. Lagu-lagu berthemakan iman, pengharapan, kebesaran Tuhan mulai saya nyanyikan sekeras-kerasnya. Bahkan saya sempat menyanyikan lagu yang biasa dikumandangkan di pekuburan, ?B?lakang langit biru sana mahkotaku?. Saya merasa akan dipanggil Tuhan pulang ke rumahNya dari perjalanan ini. Tapi sungguh Tuhan ajaib!!! Langit terbuka dengan lebar dan bulan dengan leluasa menyinarkan cahayanya. Puji Tuhan, kita bisa kembali melihat jalan. Bagi saya, ini adalah jawabab Tuhan atas seruan imanku. Tanpa masalah lagi kita terus melanjutkan perjalanan sampai akhirnya pukul 19.00 Wib kita sudah tiba dengan selamat tidak kurang sesuatu apapun di desa Tanjung Rendang. Pengemudi Klotok tadi ialah gembala di tempat ini.Setelah beristirahat sejenak, kita siap mengadakan KKR yang dimulai pukul 20.30 Wib. 24 orang jemaat terkumpul dalam ibadah agak malam ini. Tapi itu bukan kendala untuk menghalangi berita injil memenuhi hati setiap umat di desa itu. Mereka semua meresponi dengan baik firman Tuhan yang saya beritakan dan maju ke depan untuk didoakan. Luar biasa. Tuhan bukan hanya melawat umat Tuhan yang di kota, tapi di desa-desa juga. Setelah selesai ibadah, badan ini terasa capek sekali dan ingin rasanya untuk membaringkan diri sesudah berdoa bersama. Tetapi apa yang ada dalam benak pikiranku tidak sama dengan teman-teman hamba Tuhan yang melayani di daerah pedalaman Kalimantan Tengah itu. Mereka ingin saya mengajarakan mereka tentang banyak hal mengenai kepemimpinan dalam jemaat, ibadah, bahkan sampai pada hal-hal practice seperti worship leader, singer, musik, bernyanyi dll. [Info untuk pembaca : walaupun mereka ada di pedalaman yang jauh sekali dengan peradaban kota, tetapi mereka sudah bisa mengakses lagu-lagu yang terbaru selalipun. Buktinya selama di sana kita sering menyanyikan lagu-lagu GMB Take Us Higher dan beberapa album terbaru lainnya.] Tanpa kami sadari ternyata pembicaraan kami sudah memakan waktu sampai pukul 02.00 Wib dini hari. Menyadari hal itu, kami semua langsung mengakhiri pembicaraan dan bergegas untuk tidur. Hari kamis, 17 Februari. Hari yang baru, kekuatan terasa sudah pulih lagi. Kami mau mandi untuk membersihkan badan. Tetapi medannya tetap sama, kita tidak menemukan kamar mandi yang menggunakan air PDAM. Sungai dari alamlah yang di pakai untuk membersihkan tubuh. Jujur saja pembaca, sampai saat ini saya tidak bersedia untuk menyikat gigi..hehehe?kebayang ga baunya?huhuhuuhu?.Setelah mengadakan KKR II pukul 08.00-10.00 wib, kami dijamu makan siang oleh jemaat. Hari itu baru saya sadari bahwa selama ini saya tidak minum air Aqua tetapi air sungai. Jadi jika di Jakarta kita sering minta dituangkan air putih, berbeda dengan di pedalaman;kita minta dituangkan air coklat?hehehehe?. Kami harus pulang kembali ke desa Sei Hanyo. Sebenarnya masi ada satu desa yang akan di kunjungi lagi (2-3 km), tetapi karena mengingat saya sudah harus kembali ke Lippo Cikarang 19/02, maka kami membatalkannya. Perjalanan dengan perahu yang sama kali ini tidak disertai lagi oleh pendeta Steven Maleke, karena ia harus tinggal bersama dengan jemaatnya yang sudah ditinggalkannya selama seminggu hanya karena menjemput saya. Tapi ada pendeta Gerfillus yang siap mengambil kendali kemudi perahu ini. Walaupun perjalanan ini siang hari, tapi tetap saja berbahaya. Karena kita harus mengikuti arus yang deras dan perahu tidak memili rem seperti mobil. Jadi tetap ekstra hati-hati. Untung hamba Tuhan ini cukup mahir dalam mengemudi sehingga kita sampai dengan selamat di desa Sei Hanyo dalam jangka waktu yang lebih cepat, tiga jam.Kami hanya beristirahat sebentar di rumah pendeta Seifer dan segera pulang ke Kuala Kurun dengan menumpang ojek. Kali ini perjalanan motor yang berbahaya. Bukan hanya masalah medan yang rusak berat dan becek karena hujan, tetapi juga karena kita start jalan pukul 17.00 Wib. Artinya kita harus cepat supaya tidak kemaleman. Menurut warga minggu lalu ada dua orang yang ditemukan hanya badannya saja di jalan. Memang di hutan-hutan masih ada suku primitive nya. Sempat marah-marah kepada tukang ojek yang saya tumpangi, karena ia jalan begitu lambat sehingga saya ketinggalan jauh dengan motor yang ditumpangi pendeta Hengky yang sudah tidak kelihatan lagi. Beberapa kali mesin motor mati karena terbenam Lumpur. Sungguh mengerikan ketika langit sudah gelap. Handphone saya hanya berfungsi sebagai kamera selama tiga hari ini, karena tidak ada signalnya. Kita berada di tengah-tengah hutan. Tidak ada tempat untuk meminta tolong. Tapi saya tetap percaya Tuhan akan tolong kami untuk selamat dari perjalanan mengerikan ini. Melewati jalan menukik, menanjak, lembah, bukit, Tuhan menyatakan kuasanya sehingga kita selamat tiba di desa Kurun pukul 19.00 wib.Saya bersama pendeta Hengky Manurung mengunjungi hamba Tuhan pendeta Sihing yang menggembalakan jemaat di desa Tumbang Anjir. Hamba Tuhan ini memberi penginapan untuk kami karena rencananya besok pagi pukul 07.00 wib kita harus ada di pelabuhan speedboat Kurun untuk kembali ke Palangkaraya. Setelah mendapat jamuan makan malam dari mereka, kami juga mengunjungi pelayanan pendeta Dolvie Ngajow di desa Gunung Mas. Hamba Tuhan ini meminta saya untuk menggantikan jadwal siaran khotbahnya di radio Sartika FM Kuala Kurun. Besoknya, Jumat 18/02, pukul 05.30 wib saya sudah berada di studio untuk segera menyiar. (Setelah saya berada di Lippo Cikarang, minggu 20/02, pemilik radio itu mengirim kabar via sms bahwa banyak orang yang meresponi firman Tuhan yang mereka dapatkan pagi itu. Waktu itu saya membawakan tentang Tuhan adalah gembala yang baik). Setelah menyiar kami langsung ke pelabuhan speedboat untuk segera pulang ke Palangkaraya. Pikiran dan perasaanku mulai tenang karena perjalanan-perjalanan yang mengerikan itu sudah selesai. Tapi kenyataan berbicara lain, speedboat yang kita tumpangi mesinnya mati. ?Wah, kali ini berbahaya lagi? kataku ketakutan dalam hati. Tapi ketika kita dialihkan ke kendaraan lainnya, maka perjalanan menjadi seperti biasanya dan saya sedang berharap untuk tiba di Palangkaraya secepatnya walaupun harus menempuh waktu enam jam lagi.Oleh kasih karunia Tuhanlah kita akhirnya tiba di pelabuhan speedboat Palangkaraya. ?Everything?s alright? kata-kata ini yang saya ingat sering dinyanyikan di gereja sebelum saya mengadakan perjalanan misi ini. Dan memang benar semuanya menjadi baik-baik saja karena ada Tuhan berjalan di samping kita. Saya bisa melawan ketakutan terhadap alam diwaktu siang dan malam. Intimidasi iblis untuk membuat saya mengundurkan diri akhirnya oleh kekuatan Allah, saya mengalahkannya. Begitu tiba di pastori pendeta Hengky, pukul 12.00 wib, kita beristirahat sejenak. Sore harinya kita mengunjungi kediaman pendeta Max Turangan (Ketua MD GPdI Kal-Teng). Segala sesuatu baik-baik saja! Malam harinya saya membuat ucapan syukur bersama keluarga pendeta Hengky. Kita makan-makan, makan durian?wah enak banget?. Sabtu, 19 Februari. Pukul 08.00 wib, inilah pelayanan misi yang terakhir yang ada dalam agenda. Memberitakan firman Tuhan kepada para narapidana di LP Palangkaraya. Kurang lebih 25 orang yang beribadah, tahanan pria dan wanita. Saya mengatakan bahwa hidup mereka tetap bernilai di hadapan Tuhan. Saya juga menyarankan mereka untuk mengubah hidup mereka dan bergantung kepada Tuhan. Puji Tuhan, banyak yang maju ke depan untuk didoakan karena menerima Yesus Kristus dalam hidupnya. Saya senang sekali melihat momen seperti ini. Ternyata di dalam tahanan yang jauh dari kehidupan social masyarakat ternyata ada orang-orang yang masih haus dan rindu akan firman Tuhan. Sesudah pelayanan mulia ini, saya segera menuju ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Segala sesuatu menjadi lebih baik ketika saya tiba dengan selamat di tempat pelayanan yang antusias dan luar biasa, GPdI Lippo Cikarang.   Dalam perjalanan misi ini saya memberi judul ?Sengsara membawa nikmat?. Rute-rute perjalanannya memang sangat berbahaya, saya sampai jatuh tiga kali ke dalam sungai dan dari tangga. Ketika mandi, hampir terbawa arus. Untung saja saya berpegang kuat di salah satu tiang perahu. Dan tangan saya terpaksa harus di pijit oleh salah seorang rekan hamba Tuhan. Kehidupan nyaman yang biasa saya dapatkan di kota tidak ada sama sekali di sana. Benar-benar rasa nyamanku di ubah menjadi penderitaan. Tetapi ada kenikmatan yang tidak sebanding dengan sengsara di atas.Jiwa-jiwa yang kami layani meresponi dengan baik. Dan banyak yang mau mengambil keputusan untuk menerima Tuhan Yesus dalam hidupnya.Senang melihat hamba-hamba Tuhan yang kami kunjungi. Mereka kami berkati dengan apa yang ada pada kami. Ada seorang hamba Tuhan yang mengalami kepahitan dalam dirinya sehingga membuat ia mundur tidak mau melayani lagi dan tidak beribadah, bahkan ia berencana jahat akan membalas dendam dengan membunuh hamba Tuhan yang menyakiti hatinya. Melalui kunjungan kami, hidupnya dipulihkan. Dia menyertai perjalanan misi kami ke pedalaman-pedalaman. Dan hidupnya berubah, ia kembali melayani lagi. Sebenarnya masih banyak lagi yang harus ditulis untuk memberitahukan kepada pembaca lebih detil lagi bagaimana perjalanan misi ini. Bayangkan, misi ini hanya lima hari, tetapi sudah mengumpulkan cerita yang sedemikian banyaknya.Saudara-saudara, jika engkau merenungkan kesaksian saya ini. Percayalah, Anda akan menjadi orang yang lebih kuat lagi jika menghadapi masalah hidup. Sekalipun dalam lembah, penderitaan, sengsara, bahaya kematian, Anda tidak kuatir karena Tuhan adalah gembalamu yang baik. Dan Dia akan menunjukkan kenikmatan yang jauh lebih berharga dan mulia untuk hidupmu. Tuhan memberkati.

Sumber: gpdilc.com

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment