3 Alasan Mengapa Orang Kristen Harus Mendengar Injil Kembali

Oleh Joanna Hor, Singapura
Artikel asli dalam bahasa Inggris: 3 Reasons Why Christian Need To Be Hearing The Gospel—Again

“Selamat pagi! Silakan ambil traktat Injil ini cuma-cuma,” ucap seorang pria paruh baya sambil menyodorkan sebuah traktat yang berjudul “Seandainya” kepada seorang wanita yang berjalan di depanku.

Wanita itu menolak dengan menggelengkan kepalanya. Kemudian, pria itu mendekatiku dan menawariku sebuah traktat yang sama. Aku menjawabnya dengan senyuman tipis, menggelengkan kepala, dan mempercepat langkahku. “Traktat itu kan untuk orang-orang yang bukan Kristen. Aku sudah jadi orang Kristen, aku tahu apa yang ada di dalam traktat itu dan aku tidak membutuhkannya,” gumamku kepada diri sendiri.

Tapi, tiba-tiba ada pertanyaan yang muncul dalam diriku. “Apa salahnya menerima traktat dan membaca kembali Injil? Kapan terakhir kali aku mendengar Injil itu? Apa aku sudah benar-benar mengerti Injil itu?” Aku menjadi malu dengan diriku sendiri dan berjanji akan mengambil traktat itu jika aku bertemu dengan orang yang menawarkannya lagi.

Beberapa minggu telah berlalu sejak kejadian itu, dan menjelang hari Jumat Agung, ada sebuah pertanyaan yang kurenungkan: Apakah Injil itu hanya untuk orang-orang yang belum Kristen?

Jawaban sederhanaku adalah: Tidak. Pada kenyataannya, jika kita sebagai orang Kristen berpikir kalau kita baik-baik saja, itu berarti kita semakin butuh untuk mendengar Injil. Inilah tiga alasannya.

1. Dunia seringkali membuat kita bingung.

Menerima Yesus masuk ke dalam hidup kita dan menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan tidak serta merta membuat masalah kehidupan kita akan hilang. Perjuangan kita melawan dosa, rasa frustrasi karena atasan kerja atau teman yang jahat, dan kekecewaan kepada anggota keluarga kita akan tetap ada. Bencana alam dan sakit penyakit juga masih tetap akan terjadi.

Selain tantangan-tantangan dari luar, kita juga seringali harus menghadapi suara-suara yang berusaha menjatuhkan kita. “Kamu gagal,” suara itu berkata ketika aku masih saja terjatuh dalam dosa. “Jangan mengubah dirimu, kamu sudah sempurna,” kata dunia kepada kita. Ketika rasa kecanduan dan perasaan bersalah memburu kita, kita mendengar suara-suara itu lagi, “Kamu itu tidak cukup baik.” Suara-suara itu akan terus-menerus muncul untuk membuat kita menyerah.

Dunia ini sedang mengalami perubahan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, kita perlu terus-menerus mendengar Injil yang tidak pernah berubah. Kita perlu untuk selalu diingatkan kalau Tuhan menilai kita bukan karena penampilan kita, kemampuan kita, atau latar belakang keluarga kita, tapi semata-mata karena Dia menciptakan kita (Mazmur 139:13-16). Kita perlu untuk selalu diingatkan kalau Tuhan itu mengasihi kita tanpa mempedulikan seberapa buruknya kita, dan Dia menunjukkan kasih itu dengan Yesus yang mati untuk kita (Roma 5:8). Kita butuh untuk selalu diingatkan bahwa segala sesuatu yang kita hadapi saat ini hanya bersifat sementara, dan ada harapan mulia yang menanti kita di depan (Roma 8:18).

Mengerti Injil dengan baik memberi kita dasar hidup yang teguh.

2. Kita mudah untuk lupa dan hilang fokus.

Sayang sekali, lupa adalah sifat manusia. Memang, ada kalanya kita diliputi perasaan yang begitu berapi-api untuk berlutut dan menyesali setiap perbuatan kita, atau juga mengucap syukur atas kasih dan anugerah Tuhan. Perasaan berapi-api itu juga membuat kita seolah ingin memperbaharui kembali hidup kita, berjanji untuk berhenti menyia-nyiakan hidup dan mempersembahkan waktu, tenaga, dan uang kepada Tuhan. Kemudian, tanpa berpikir panjang kita mengartikan perasaan-perasaan itu sebagai panggilan untuk melayani Tuhan.

Tapi, ketika semangat kita sedang berapi-api, Iblis datang dan bekerja keras mencari celah untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Ada dua jurus yang Iblis gunakan, yaitu: membuat kita putus asa dan mengalihkan perhatian kita. Banyak hal mungkin tidak terjadi sesuai rencana, masalah sehari-hari mungkin tetap ada, atau orang-orang yang kita hargai malah mengecewakan kita, dan kita menjadi tawar hati. Atau, keluarga dan pekerjaan terlalu menuntut kita hingga kita kehilangan fokus.

Kenyatannya, waktu-waktu seperti itu akan datang. Yesus sendiri mengatakan kalau pengikut-Nya akan diserang rupa-rupa pencobaan. Bagaimana kita dapat bertahan dan tetap hidup bagi Yesus? Jawabannya adalah dengan membiasakan diri dengan Injil. Bacalah Injil itu lagi dan lagi supaya kita dapat melekat dengan kebenaran Tuhan ketika waktu-waktu sulit datang. Ketika kita mengerti kemuliaan yang Yesus janjikan kelak, kita menemukan kekuatan untuk tekun menghadapi tantangan yang ada saat ini.

Menjadi terbiasa dengan Injil bukanlah hal yang buruk. Kenyataannya, semakin kita mengenal dan akrab dengan Injil, semakin kita dikuatkan dan mampu untuk menghadapi godaan iblis dan tantangan dunia (Efesus 6:10-17).
Mengenal Injil dengan baik akan menjaga kita tetap berfokus kepada Allah.

3. Kita masih bisa jatuh ke dalam dosa.

Sekalipun Adam dan Hawa menikmati relasi dengan Tuhan, mereka masih dicobai oleh hal-hal duniawi (Kejadian 3:6). Bukankah itu cukup jelas kalau tidak ada satupun manusia yang kebal terhadap pencobaan?

Sebagai manusia, kita memiliki hawa nafsu dan jika kita tidak menjaga panca indra kita—rasa, sentuhan, bau, pendengaran, dan pandangan—kita akan jatuh terpikat ke dalam dosa. Aku tahu kalau diriku mudah jatuh kepada dosa iri hati dan memberhalakan sesuatu. Aku tahu kalau diriku mudah sekali merasa tidak puas dan iri terhadap mereka yang tampak lebih baik, terlihat lebih mampu dan sukses. Sekalipun aku tahu benar kalau hal-hal yang aku inginkan itu tidaklah terlalu penting, aku malah mengambil waktu dan berusaha untuk mengejar itu semua daripada mengembangkan hubunganku dengan Tuhan. Ironisnya, semua pengejaran itu malah membuatku semakin kosong dan kekurangan.

Tapi, bisa juga kita melakukan hal yang ekstrem lainnya. Bisa saja kita membaca Alkitab setiap hari, berdoa setiap hari, dan melayani dengan berapi-api—dan berpikir kalau kita baik-baik saja karena kita tidak punya dosa “besar” dalam hidup kita. Bahkan kita mungkin juga berpikir kalau kebaikan-kebaikan yang kita buat itulah yang menyelamatkan kita. Mungkin juga kita berpikir kalau kita lebih baik dari orang lain, kemudian kita menghakimi mereka karena kita tidak menganggap mereka setia seperti kita. Mungkin inilah alasan mengapa Yesus menggunakan banyak waktu di hidupnya menegur orang-orang Farisi yang merasa diri mereka benar.

Tidak ada orang Kristen yang sempurna. Hanya ketika kita membenamkan diri kita ke dalam Injil, kita akan ingat kalau semuanya bukan tentang apa yang dapat kita kerjakan, tapi apa yang Tuhan sudah lakukan dalam hidup kita. Kolose 2:6-7 mengingatkan kita kalau menjadi Kristen itu bukan hanya sekadar menerima Yesus ke dalam hidup kita, tapi juga tentang menumbuhkan relasi bersama-Nya.

Mengenal Injil dengan baik menjaga kita untuk berlaku kudus, karena kita mau menyenangkan Tuhan Yesus.

Jadi, bagaimana jika kita memberi diri untuk mendengarkan berita Injil secara rutin? Khotbahkan berita Injil itu kepada diri kita sendiri! Paul Tripp, seorang pendeta dari Amerika pernah berkata, “Tidak ada seorangpun yang lebih berpengaruh dalam hidupmu selain dirimu sendiri. Karena, tidak ada seorangpun yang berbicara kepadamu melebihi yang kamu lakukan.”

Di hari-hari menjelang Paskah ini, akankah kamu mewartakan Kabar Baik ini lagi kepada dirimu?

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment