Waktu untuk Mendengar

Ada kalanya saya merasakan saya tidak mempunyai arah hidup yang nyata. Di usia 45, hal ini agak menakutkan. Saya pikir, hal ini adalah karena peran berbeda yang perlu saya tekuni setiap hari dan kecenderungan saya untuk berusaha menyenangkan orang lain. Sepanjang hari, saya harus meresponi permintaan seperti, “Mami, bisakah Mami…” atau “Susan, bisakah Anda…” Dunia saya penuh dengan harapan dari orang lain yang perlu saya penuhi sebagai seorang ibu, seorang teman dan seorang manusia.

Saya percaya, saya harus mengeluarkan diri dari lingkungan dimana segala macam suara menggangu saya agar saya dapat menemukan kompas saya yang sebenarnya. Ini termasuk meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di tempat yang sepi untuk mendengar. Terang yang memimpin hidup saya adalah suara kecil Roh Kudus yang hening itu. Di dalam dunia kita yang sibuk dan bising, saya harus berhenti sejenak atau menarik diri dari kesibukan untuk dapat mendengar. Doa, saya temukan, bukanlah tentang apa yang saya ucapkan tetapi tentang apa yang saya dengar.

Waktu yang diluangkan bersama Allah adalah seperti suatu pendakian ke atas puncak tertinggi di tengah-tengah hutan yang lebat; waktu itu memberikan saya perspektif dan sedikit kemampuan untuk melihat di mana saya berada dan ke mana tujuan saya.

Mendengarkan suara Tuhan tidaklah begitu sulit di saat saya meluangkan waktu untuk mendengar dengan baik. Ada kalanya saya mendengarnya secara tiba-tiba di saat saya menarik diri dari satu situasi. Di waktu lain, suara Tuhan itu adalah suatu perasaan yang mendalam tentang prioritas saya atau keyakinan tentang sesuatu yang harus saya lakukan atau ucapkan.

Saya seringkali berjalan-jalan dengan pensil dan buku catatan di kantung saya, dan pulang dengan sedikit catatan atau suatu artikel. Belakangan, di saat ada yang memberitahu saya bahwa ia tersentuh atau digerakkan oleh kata-kata yang telah saya tuliskan itu, saya tahu bahwa itu adalah dari Tuhan.

Pengejaran saya akan kebenaran rohani bukanlah tentang agama tetapi lebih tentang sebuah hubungan. Bukan tentang mengilmiahkan perintah Tuhan, tetapi tentang menghayati kebenaran itu di dalam hati dan benak saya —suatu pemahaman yang begitu mendalam dan intim di mana bukan saja pemikiran saya, tetapi kelakuan saya juga dipengaruhi. Di dalam perjalanan saya setiap hari, saya tiba pada kesadaran bagaimana menjadi ibu yang  dapat membawa anak-anak saya melewati waktu-waktu yang sulit, digerakkan untuk menelepon teman-teman yang sudah lama tidak ada kabar, dan merasa didorong untuk menyapa orang asing yang setelah itu menjadi teman saya.

Saya mengamalkan kebiasaan berjalan-jalan setiap hari karena waktu-waktu itulah saya dekat dengan Tuhan; di waktu itulah saya menemukan jalan saya. Saya merasa paling damai di saat saya memadamkan suara-suara dunia untuk mendengar suara kecil dan diam dari Tuhan yang sedang mengarahkan saya. “Diamlah” Mazmur 46 mengingatkan saya, “dan ketahuilah bahwa Aku adalah Allah.”

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment